Pasuruan (WartaBromo.com)- Pemerintah melanjutkan rencananya untuk memanfaatkan energi panas bumi di Gunung Arjuno-Welirang guna keperluan pembangkit listrik.
Terkait rencana tersebut, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur angkat bicara. Direktur.Walhi Jatim, Rere Christianto mengatakan, ada dua persoalan jika rencana tersebut benar-benar direalisasikan.
Pertama, kemungkinan terganggunya kecukupan air di wilayah sekitar. Apalagi, lokasi yang telah ditetapkan sebagai wilayah kerja pertambangan (WKP) merupakan daerah hulu.
“Pemanfaatan panas bumi itu membutuhkan air dalam jumlah banyak. Dan itu pasti akan mempengaruhi pasokan air masyarakat sekitar,” terangnya.
Kedua, lanjut Rere, adalah meningkatnya risiko bencana di daerah sekitar. Utamanya gempa bumi. Di beberapa tempat, kekhawatiran tersebut sudah terbukti.
Rere menjelaskan, pemanfaatan panas bumi dilakukan dengan mengebor titik-titik rekahan. Praktik ini dimungkinkan akan “mengaktifkan” lempengan sesar pada lapisan tanah.
“Mengapa risiko bencana meningkat, karena metodologinya kan begitu,” terang Rere saat dihubungi melalui telepon aplikasi, Selasa (18/02/2020).
Rere menjelaskan, pemanfaatan energi panas bumi akan dilakukan dengan mencari titik-titik rekahan lapisan tanah yang terbentuk dari proses tektonik maupun vulkanik.
“Titik-titik rekahan ini yang nantinya akan dibor untuk menginjeksikan air dalam jumlah banyak guna menghasilkan uap,” terangnya menjelaskan.
Hal inilah yang oleh Rere berpotensi meningkatkan risiko terjadinya gempa bumi. “Jadi, dari metodenya yang mengebor lapisan-lapisan sesar, juga proses injeksinya itu yang akan meningkatkan risiko terjadinya gempa,” terangnya.
Seperti diketahui, pemerintah melanjutkan rencananya untuk memanfaatkan panas bumi Arjuno-Welirang. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan potensi energi listrik yang dihasilkan mencapai 190 megawatt. (tof/asd)