Pasuruan (WartaBromo.com) – Keberadaan dan tugas bidan dinilai penting, terutama ketika membantu persalinan. Jangan sampai, bidan persoalkan ongkos saat hadapi ibu yang akan melahirkan.
Terkait moral bidan itu mengemuka dalam Musyawarah Cabang ke VII Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Pasuruan, di Gedung Serbaguna Pemkab Pasuruan, awal pekan ini.
Ketua IBI Kabupaten Pasuruan terpilih Periode 2018-2023, Sri Sudartik menegaskan, tugas bidan di masyarakat sangatlah vital.
Tanggungjawab dan posisinya tak boleh diabaikan, lebih-lebih disangkutkan dengan tugas persalinan, karena harus menjaga ibu sekaligus janin atau bayi yang akan lahir.
Ia mengimbau kepada para bidan di Kabupaten Pasuruan untuk tetap memiliki komitmen yang selama ini telah dijaga, dalam hal menyelamatkan ibu melahirkan dan bayi baru lahir.
Ditegaskannya, seorang bidan sepatutnya mengesampingkan urusan biaya persalinan dan perawatan.
“Bidan tidak boleh nanya ada duit berapa. Bidan harus langsung menangani dengan cepat pada ibu yang akan melahirkan dan bayi baru lahir. Kalau sudah selesai dan aman semuanya, baru bidan boleh menanyakannya,” tandas Sri.
Di sisi lain, kasus kematian ibu melahirkan (AKI) dan AKB (angka kematian bayi baru lahir) tetap menjadi perhatian, meski dari catatan tahun lalu, terdapat penurunan.
Sri mengungkapkan jumlah kasus AKI di Kabupaten Pasuruan tahun 2019 lalu sebanyak 21 orang; dan tahun 2018 mencapai 28 kasus. Sedangkan kasus AKB tahun 2018 mencapai 135 kasus; turun 1 kasus pada tahun 2019 yang mencapai 134 kasus.
Langkah yang dilakukan seorang bidan menurut Sri adalah bagaimana mendekati perempuan pada masa usia subur dan hamil muda, untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin.
“Jangan sampai intervensi terlambat, anemia di semester kedua, kalau sudah begitu, kapan bisa diobati. Belum lagi kalau periksanya tidak teratur, belum punya jaminan kesehatan, identitas tidak jelas dan lain sebagainya, Itulah tantangannya,” urai Sri.
Sementara, pada Musyawarah Cabang ke VII waktu itu, IBI Kabupaten Pasuruan mencatat tantangan disrupsi di era Revolusi Industri 4.0. Tak terkecuali tantangan ekonomi, sosial, teknis, lingkungan, dan tantangan politik, aturan, serta kebijakan.
Meski demikian, bidan tetap harus memberikan layanan prima terhadap klien. Sehingga, hal yang kemudian mengemuka adalah bidan harus memberikan perhatian khusus pada budaya serta keberagaman.
Profesi bidan dan petugas kesehatan termasuk beruntung. Perannya, tak banyak digantikan oleh sistem atau robot. Dari itulah muncul catatan penting lainnya, yakni pengembangan SDM yang konkret, komprehensif, berjenjang, dan berkesinambungan.
“Harus selalu memperbarui informasi, beradaptasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memahami literasi baru,” ucap Lestari, Ketua IBI Jawa Timur.
Bidan merupakan tenaga kesehatan terdepan, bersentuhan langsung dengan masyarakat. Bidan juga bisa membantu mengedukasi masyarakat, khususnya ibu hamil tentang kewajiban dan keuntungan mendaftarkan bayinya setelah dilahirkan. (mil/ono)