Saat Anak-anak SD di Pucuk Lumajang Mendengar Cerita Wartawan

1517
“Siapa yang suka nonton Televisi?”
“Aku-aku kak..”
“Biasanya nonton apa nih?”
“Aku suka nonton berita dong kak.”
“Wah… Keren ya! Kalau yang cari berita namanya apa hayo?”
Krik krik krik…

Oleh Maya Rahma

BEGITULAH kira-kira sepenggal dialog bersama siswa-siswi SDN Sumber Petung 02 di Kecamatan Ranuyoso, Lumajang. Meski pekerjaan sebagai jurnalis, wartawan atau reporter sepertinya sudah banyak yang mengetahui. Nyatanya, untuk anak-anak SD di pucuk Lumajang ini masih asing.

Pertanyaan pun bergulir. Salah satunya mengenai cita-cita mereka kelak.
“Dek, nanti kalau sudah dewasa, pengen jadi apa nih?”

Sahut-sahutan suara terdengar, di antaranya menjadi dokter, guru, polisi, tentara. Cita-cita anak SD pada umumnya. Tidak ada yang salah dengan cita-cita ini.

Meski ada juga dari mereka yang menuliskan cita-cita, ingin menjadi anak pintar, Batman, bahkan Superman.
Hem.. menarik ya.

Ajang pengenalan cita-cita ini sebenarnya merupakan program Kelas Inspirasi di Lumajang. Program ini bukan untuk mengajari siswa-siswi sekolah dasar, namun berbagi pengalaman dari berbagai profesi yang ada.

Relawannya pun berasal dari seluruh Indonesia. Seperti dari Jakarta, Semarang, bahkan dari ujung Sumatera-Aceh.

Berbagai profesi dikisahkan dengan penggambaran yang menarik. Seperti profesi sebagai pemadam kebakaran, accounting, analis kesehatan, scientist, hingga reporter.

Bisa dibilang, hal ini merupakan pengetahuan baru bagi siswa sekolah dasar.
Selain karena profesi tersebut jarang dikenalkan di sekolah, siswa SD di pucuk Lumajang ini hampir tak tersentuh teknologi.

Sebut saja sulit signal. Ketika anak seusia mereka ada yang sudah berteman dengan smartphone dan segala fiturnya, siswa di pucuk Lumajang ini hanya sekadar mengenal. Termasuk beberapa peralatan khas pemburu berita.

“Ada yang tahu ini apa? (Sambil menunjuk handycam)”

Syutingan Kak, rekaman mantenan Kak, kamera Kak,” jawab mereka.

Iya, mereka hampir saja mengenal mengenal alat-alat yang biasa digunakan pemburu berita. Meski untuk penamaannya kurang tepat.

Sontak saja, alat-alat ini menjadi perhatian khusus. Mereka belajar mengambil gambar menggunakan handycam, belajar menjadi reporter cilik dan lain sebagainya.

Siswa siswi SD belajar bidik gambar. Foto : Dewisu

Keceriaan tampak terasa saat siswa-siswi SD ini mencoba berbagai peralatan yang melengkapi langkah wartawan. Namun, wajah tersebut lekas berganti mendung, saat sesi inspirasi usai.

Kak, kapan ke sini lagi? Ayo kita main wawancara-wawancaraan,” kata salah satu siswi.

Deg.. Hati ini rasanya terenyuh dengan permintaan mereka. Ya beginilah. Ruang untuk pengenalan profesi memang terbatas. Pendidikan juga belum sepenuhnya merata.

Tapi mungkin hal ini bisa jadi pecutan bagi kita semua. Pembaharuan kurikulum, perbaikan fasilitas, pemerataan jaringan internet itu perlu dalam bidang pendidikan.

Masih banyak sekolah yang butuh perhatian. Masih banyak siswa-siswi punya angan tapi tak punya banyak kesempatan. (*)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.