Sumber (wartabromo.com) – Petani kentang di lereng Pegunungan Tengger gundah gulana. Sebab, intensitas hujan yang tinggi membuat tanaman kentang mereka rusak. Cuan kentang di depan mata pun melayang.
Kerusakan tanaman kentang itu, dapat dijumpai di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Tanaman kentang yang sudah berusia 50-60 hari alami pembusukan pada daunnya. Padahal masa panen tinggal sebulan lagi.
“Sebelum tanaman kentangnya rusak, ada perubahan. Terdapat bercak hitam di daun, kemudian lamban laun daun membusuk. Dan itu berlangsung sampai tanaman kentang habis atau mati,” tutur Sudir Supriyadi, petani asal Warga Desa Wonokerso.
Ia mengatakan kerusakan tersebut terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi. Dimana setiap hari wilayah Kecamatan Sumber diguyur hujan.
“Salah satu penyebabnya karena hujan terus menerus. Karena kondisi seperti itu, daunnya rusak sampai kentangnya habis. Ini terjadi hampir di seluruh desa di Kecamatan Sumber,” lanjutnya.
Petani pun, memanen dini umbi kentang meski belum cukup umur. Demi meminimalisir kerugian yang akan didapat. Gagal panen itu, membuat cuan kentang yang siap masuk kantong pun melayang.
“Bisa dipanen tapi buahnya kecil-kecil, soalnya masih dalam masa pembentukan buah. Terus rusak,” tandas Sudir.
Menurut Edi Piter, modal awal untuk bertani kentang sekitar Rp18 juta untuk satu hektarnya. Jumlah itu, membengkak hingga Rp40 – Rp50 juta. Biaya tersebut untuk pembelian bibit tanaman kentang, hingga perawatan dan operasional lainnya.
“Ya, itu untuk biaya bibit, pupuk dan biaya perawatan lainnya. Berbagai cara dilakukan demi mencegah kerusakan. Tetapi hasilnya tak memuaskan, tanaman kentang tetap mati. Kebanyakan hujan, ya begini jadinya. Kami sendiri juga tak bisa berbuat banyak,” ungkap petani asal Desa Ledok Ombo itu.
Di Kecamatan Sumber, luasan tanaman kentang mencapai ratusan hektar. Lahannya tersebar di berbagai desa. Kerugian petani kentang akibat gagal ditaksir mencapai miliaran rupiah. (cho/saw)