Prigen (WartaBromo.com) – Gelombang persoalan yang dihadapi Cimory Dairyland & Resto sepertinya terus mengemuka. Belum tuntas kasus lahan parkir ambrol hingga perizinan, muncul keluhan warga karena bau tak sedap dari kandang satwa Cimory.
Salah satu warga yang nyatakan protes terhadap wisata anyar itu adalah RL, seorang ibu dari Lingkungan Ngemplak, Kelurahan/Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Kepada WartaBromo RL membuka percakapan, bila rumah yang ditempati bersama keluarganya saat ini berdekatan dengan wahana Cimory.
Lokasi rumahnya, tepat di sisi belakang kandang onta, kuda, dan beberapa jenis satwa lain yang dimiliki Cimory.
Kata RL, keberadaan kandang-kandang itu dianggap menjadi biang masalah dan membuat tersiksa, lantaran memunculkan bau tak sedap.
“Karena kandang-kandang hewan Cimory ada tepat di belakang rumah kami dan beberapa tetangga, sehingga konsekuensi bau harus kami tanggung. Belum terhitung dampak negatif lainnya,” kata RL, kemarin.
Dampak negatif, yang coba ditunjukkan oleh RL adalah terkait terganggunya saluran air di sekitar permukiman itu. Pada saluran itu, tiba-tiba saja disemen oleh Cimory, tanpa melalui izin atau tak ada komunikasi dengan warga.
Celakanya, saluran itulah yang kemudian dimanfaatkan pihak Cimory membuang kotoran satwa-satwa. Karuan saja, kondisi itu kian membuat warga terganggu, lantaran bau tak sedap kerapkali dirasakan kian menyengat.
Kegelisahan RL dan warga dekat kandang Cimory tak terbendung. Pasalnya, beberapa waktu terakhir, berbagai pihak justru lebih banyak menyoroti persoalan kemacetan lalu lintas.
Padahal urusan bau dan kotoran, dinilainya patut juga jadi perhatian, karena menyangkut kenyamanan, terutamanya kesehatan.
“Limbah tidak kalah pentingnya. Sebab, dengan menghirup bau kotoran, jangka panjang bisa menjadi penyakit,” tandasnya.
Bersama sejumlah warga lain, penyampaian keluhan ke pihak manajemen sudah dilakukan. Namun, jawaban yang diterima membuat alis berkerut, karena Cimory terkesan melepas tangan, malah lemparkan kalimat “tak tahu”.
“Bahkan menuduh sekolah Taman Siswa lah yang mengalirkan air (kotoran). ini sangat tidak benar,” kata RL dengan nada kecewa.
Menambah penjelasan saluran air. Ia mengungkapkan, sebelum Cimory beroperasi, saluran air irigasi diungkapkan dalam kondisi normal, tak terganggu.
“Tidak pernah ada air mengalir selain buangan air rumah tangga. (Di antaranya) dari rumah saya dan 3 rumah yang berdampingan dengan saya,” ungkap RL menceritakan kondisi saluran sebelum ada kandang satwa angonan Cimory.
Oleh karenanya, sikap tak tahu menahu yang ditunjukkan pihak manajemen Cimory kepada warga terkait limbah ternak cukup membuatnya geram.
“Apalagi pada tahun 2017 saya dan suami secara pribadi telah mendatangi Yos, Perwakilan Cimory Prigen,” ucapnya.
Nama yang disebutnya itu adalah Yos Ruwadi, General Manager (GM) Cimory Dairyland & Resto. Pada waktu itu sejumlah pertanyaan disampaikan oleh RL terkait keberadaan kandang.
Pertanyaan pokok yang diajukannya, seputar kandang akan dibangun di mana, selain limbahnya akan dibuang ke mana. Sebab, ia tidak mau limbah dibuang di sungai yang ada di Ngemplak, tempatnya bermukim.
“Di mana sungai tersebut masih dipakai warga untuk mandi, cuci bilamana air sumber macet. Dan masih ada banyak sawah di dekat sungai tersebut,” ungkapnya.
Berulang kali ia dan warga sekitar melayangkan keluhan via WhatsApp ke Yos sang juragan, namun hasilnya nihil, tetap tak mendapatkan tanggapan.
Sementara, Bambang Supriyanto, Humas Cimory Dairyland & Resto tak memberikan banyak respon, saat WartaBromo mencoba mengkonfirmasi via seluler.