“Manfaat dari sebuah konten seakan tak penting lagi kala ke-viralan didewakan,”
Oleh : Maya Rahma
SEPEKAN terakhir, Pasuruan dan sekitarnya memang sedang panas-panasnya. Akhirnya tercetuslah ide dua remaja mandi sambil naik motor.
Katanya sih begitu. Benarkah?
Beberapa waktu lalu, tiba-tiba berseliweran di media sosial Facebook video 2 remaja naik motor sambil bawa seperangkat alat mandi. Terus dia mandi deh tuh, sambil pakai shampoo, dan kawan-kawannya. Literally mandi di tengah panasnya kota Pasuruan.
Lalu keesokan harinya, video serupa juga muncul di Whatsapp story. Kali ini lokasinya di alun-alun Bangil. Dua remaja naik motor, pakai shampoo sambil kecipak kecipuk mandi.
Eh kemarin wartabromo dapat direct message di Instagram, ada kejadian serupa di Purwosari dan Wonorejo. Iki arek-arek lapo ta? Janjian apa gimana sih mandi di atas motor?
2 remaja yang di Kota Pasuruan akhirnya mendapatkan pembinaan dari Satlantas Polres Pasuruan Kota. Alasan yang mereka beri kata pak Polisi, karena kebutuhan konten. Iya bolo warmo tidak salah baca, kebutuhan konten supaya viral.
Secara pribadi, saya tidak tahu konten apa yang mereka maksud. Apakah mereka selebgram? Youtuber atau Facebooker?
Sebab selain di Pasuruan, video serupa muncul juga di alun-alun Purworejo, Jawa Tengah. Ini ceritanya mereka satu grup atau gimana?
Informasi dari orang ‘dalem’, bikin konten mandi di atas motor ini semacam jadi challenge tersendiri di lingkungan remaja. Semacam, ‘woy berani gak mandi di atas motor! Daerahku sudah launching nih, daerahmu kapan?!’
Begitulah.
Jiwa muda kan semakin ditantang, semakin tertantang. Jadi meskipun 2 kawannya di Kota Pasuruan sudah dapat pembinaan dari Polisi, tidak jadi masalah bagi remaja-remaja yang lain. Buktinya mereka tetap enjoy dengan tantangan itu.
Apalagi kalau sudah viral. Salah satu tujuan bikin konten lain dari yang lain kan juga supaya viral dan jadi pembicaraan (plus perdebatan) orang banyak.
Dari beberapa komentar di Facebook atau Instagram WartaBromo, beberapa warganet menyayangkan perilaku remaja ini.
Tapi sebagian yang lain, menganggap perilaku tersebut merupakan hiburan semata. Tidak perlu dimarahi oleh warga lain. Mereka berniat untuk menghibur kaum maya.
Hiya hiya hiya.. Seasik-asiknya video mandi berlagu TikTok itu, tetap saja hal tersebut mengganggu kenyamanan orang lain. Jangan jauh-jauh bahas melanggar lalu lintas deh.
Emang anda semua mau saat berkendara di jalan terus ada yang bikin konten mandi, airnya nyiprat ke anda? Apalagi airnya ada sabunnya, yang bikin pedih kalau kena mata. Ngacung kalau ada yang mau.
Penekanan dari panjangnya tulisan ini sebenarnya, ada pemahaman yang keliru soal konten dan keviralan atau bahkan selera humor kita. Hal-hal yang membahayakan orang lain seperti mandi di tengah jalan, atau konten prank itu sudah dimaklumi oleh banyak orang.
Pemakluman ini tidak bisa dibiarkan. Kalau semua hal yang membahayakan dibuat lucu-lucuan, mau jadi apa anak cucu kita kelak? Jauh ya.. Ya pokoknya generasi milenial yang diharapkan bangsa ini lah.
Trend untuk membuat berbagai konten itu bagus untuk dilakukan. Kekreativan Gen Z bisa diasah dengan membuat konten. Tapi ya konten haruslah dipilih biar tidak melanggar norma, terlebih merugikan orang banyak. Apalagi di media sosial tidak ada peringatan “Adegan berbahaya, jangan ditiru.”
Ekspresi panasnya pasuruan dengan mandi di tengah jalan itu tidak bisa dimaklumi. Kayak kamar mandi di Pasuruan sudah tidak berfungsi lagi dengan adanya konten itu.
Apalagi tujuannya supaya viral. Mungkin kita harus sama-sama berhati-hati dengan hal ini. Mindset viral harus diluruskan kembali. Se-urgent itukah viral di era sekarang?(*)