Mengungkap Tradisi Mengubur Ari-ari Bayi Baru Lahir

6822

Pasuruan (Wartabromo.com) – Ketika bayi dilahirkan, pasti tak lepas dari proses pemotongan plasenta atau lebih dikenal dengan sebutan ari-ari. Bagi orang Indonesia, ari-ari yang telah dipotong harus dikuburkan.

Tradisi tersebut dianggap penting untuk dilakukan. Padahal, ari-ari bayi yang telah lahir, tidak ada gunanya lagi. Plasenta hanya berfungsi ketika bayi ada dalam kandungan. Keberadaannya kala itu, berfungsi untuk memberikan nutrisi pada bayi.

Lantas, apa sih maksud diadakannya ritual mengubur ari-ari?

Biar gak salah paham, yuk simak penjelasan berikut..

– Tradisi turun temurun

Mengutip hipwee, perlakuan istimewa ari-ari bayi sudah berlangsung sejak dahulu. Meski tak diketahui kapan awal mula tradisi tersebut, masyarakat masih mempercayai bahwa plasenta bayi baru lahir tak boleh dibuang sembarangan. Ari-ari harus dikubur bersama dengan barang tertentu. Lalu dilakukan doa untuk sang bayi.

Baca Juga :   Pasien 01 Covid-19 Kota Probolinggo Sembuh

– Plasenta dianggap sebagai teman bayi

Bagi orang Jawa, ari-ari harus diperlakukan istimewa terutama oleh ayah. Pasalnya, selama dalam kandungan, plasenta yang memberi asupan nutrisi kepada bayi. Inilah yang membuat ari-ari dianggap sebagai teman sang bayi.

Maka dari itu, ari-ari yang sudah dipotong, harus dirawat dengan baik untuk kemudian dikuburkan. Biasanya yang bertugas melakukan ritual sebelum ari-ari dikubur adalah ayah sang bayi.

– Agar tak membawa bakteri

Selain alasan yang berkaitan dengan tradisi, secara medis mengubur plasenta juga dianjurkan. Ari-ari yang sudah dipotong tak baik jika dibuang sembarangan.

Itu lantaran ari-ari dapat membawa bakteri pembusukan. Selain itu, membuang sembarangan bagian tubuh manusia termasuk ari-ari bayi, memungkinkan dimakan hewan liar yang berkeliaran dan membau ari-ari tersebut.

Baca Juga :   Malam Takbir, Swalayan dan Toko Modern Ditutup

Lebih mengerikan dong ya?

Terlepas dari mitos atau kepercayaan tertentu, cara untuk memperlakukan ari-ari kembali kepada orangtua masing-masing. Juga, tergantung pada tradisi masing-masing. (bel/may)