Pemerintah telah menetapkan enam kota di Indonesia sebagai percontohan kota gas. Dengan kuota pemasangan Jargas (jaringan gas bumi) yang selalu bertambah tiap tahun, akankah Pasuruan sebagai kota gas ketujuh?
Laporan M. Asad
IBRAHIM Hasyim, pengamat energi dalam sebuah kesempatan sempat melontarkan kritik terkait penggunaan energi di Indonesia yang dinilai kurang efisien. Olehnya, pemerintah dinilai kurang memaksimalkan energi gas bumi yang banyak tersedia di perut bumi.
Setelah lebih dari satu dasawarsa, pemerintah mulai mengamini apa yang disampaikan oleh Ibrahim kala itu. Melalui Kementerian ESDM, pemerintah terus melakukan penambahan jaringan gas bumi,. Baik untuk kalangan industri maupun rumah tangga.
Sebagai bagian dari proyek strategis nasional, Kota Pasuruan, Jawa Timur adalah salah satu daerah yang mendapat jatah kuota pemasangan Jargas ini. Selama tiga tahun terakhir, kota dengan penduduk sekitar 200 ribu jiwa ini mendapat kuota pemasangan gas bumi di rumah-rumah warga.
Dari data WartaBromo, di Pasuruan, pembangunan jargas ini bukan yang pertama. Saat ini, setidaknya sudah ada 10 ribu rumah warga Pasuruan yang memanfaatkan gas bumi sebagai sumber energi sehari-hari.
Pada 2018 lalu misalnya. Sebanyak 6.018 Jargas telah berhasil teraliri PGN. Kemudian, pada 2019 lalu, 8.150 sambungan yang terbagi antara Kota Pasuruan dan Probolinggo. Sedangkan 2020 mendatang, sebanyak 7.004 rumah tangga yang kembali dijadwalkan teraliri energi ramah lingkungan ini.
Hamalnsyahan, Strategic Stakeholder Management PT PGN, dipilihnya Kota Pasuruan untuk program pemasangan jargas 2020 tak lepas dari antusiasme warganya dalam menyambut program ini. Pertama kali dipasang sebagai proyek percontohan pada 2015 silam, penggunaan gas bumi kian banyak diminati.
Karena itu, tahun depan, sebanyak 7.044 sambungan direncanakan dipasang. “Kami dari PGN hanya pelaksana program saja. Dan ini bukan hanya di Pasuruan. Ada beberapa daerah lain yang juga mendapat program yang sama,” katanya saat sosialisasi di Gedung Gradika, Kota Pasuruan, 12 November lalu.
Tingginya animo masyarakat untuk menikmati program ini bisa dimaklumi. Rifai, salah satu penerima Jargas 2019 bilang, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari menggunakan Jargas PGN ketimbang LPG. “Yang pasti ya lebih hemat dan ndak ribet. Karena kalau pakai yang tabung itu kan masih harus ke toko kalau habis. Ini kan tidak, tinggal nyalain kayak PDAM,” ujarnya.
Pekerja swasta ini menyampaikan, saat masih menggunakan tabung elpiji, ia harus mengeluarkan Rp 60-80 ribu setiap bulan untuk keperluan sehari-hari. Kini, dengan Jargas yang mengalir di rumahnya, ia hanya perlu membayar Rp 40-50 ribu setiap bulannya.
Penuturan yang sama juga disampaikan Imas, pemilik warung di RT 6 kelurahan yang sama. Dengan harga per kubik yang di bawah Rp 3 ribu, perempuan 41 tahun ini pun mengaku lebih hemat ketimbang memakai gas elpiji.
Dengan begitu, keuntungan yang didapat dari aktivitasnya membuka warung pun berlipat dibanding sebelum menggunakan gas bumi.
Beberapa alasan itu pula yang membuat gas bumi PGN mulai banyak dilirik. Di Pasuruan misalnya, setidaknya sudah 100 lebih perusahaan yang tercatat menggunakan gas bumi sebagai sumber utama energi menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Yang terbaru adalah PT. Jasa Sejati di Pandaan dan PT. Veolia Services Indonesia (VSI) di kawasan industri PIER.
Sekretaris Perusahaan PGN, Rahmat Hutama melalui rilisnya mengatakan, pemenuhan energi baik dan murah kepada perusahaan merupakan bagian dari dukungannya terhadap keberlangsungan industri tanah air. Dan itu yang coba dilakukan dengan menjamin ketersedian pasokan energi melalui pembangunan infrastruktur jaringan yang terus dilakukan.