Materi Pelatihan disampaikan oleh anggota Tim DM yaitu Bapak Adharul Muttaqin, ST.MT. Materi pelatihan meliputi urutan periode revolusi industry 1.0 hingga 4.0. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk membuka wawasan peserta bahwa perkembangan teknologi informasi telah banyak menggeser metode usaha agribisnis konvensional menuju usaha Agribisnis online.
Pemanfaatan smartphone yang belum optimal di kalangan masyarakat desa dapat ditingkatkan sebagai sarana untuk informasi produk, kualitas dan kuantitas produk, harga jual dan ketersediaan produk pertanian dan perikanan.
Diskusi di sela-sela pelatihan menunjukkan warga Desa Sukorame antusias dan termotivasi untuk menggunakan smartphone sebagai sarana dalam membentuk jejaring dalam rantai produksi dan pemasaran produk pertanian dan perikanan.
Pada akhir acara peserta pelatihan meminta Tim DM untuk menggelar pelatihan serupa dengan tema yang berbeda yaitu mengenai pemanfaatan berbagai aplikasi di smartphone dan teknis penggunannya.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan telah berhasil membuka wawasan masyarakat menghadapi revolusi Agroindustri 4.0 dan dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang pada akhirnya dapat meingkatkan pendapatan petani dan pelaku agroindustri lainnya.
Kegiatan Pelatihan peningkatan produksi budidaya ikan yang tahan penyakit dihadiri oleh perwakilan Babinsa, perangkat Desa yaitu kepala desa, sekretaris Desa, ketua RT dan RW di lingkungan Desa Sukorame, dan 40 orang peserta pelatihan dari pemuda Desa Sukorame.
Materi Pelatihan disampaikan oleh anggota Tim DM yaitu Ibu Dr. Yunita Maimunah S.Pi,M.Sc bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta mengenai persyaratan untuk budidaya ikan yang baik sesuai dengan (Kepmen KP Nomor: KEP. 02/MEN/2007).
Konsep CBIB adalah cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
Sehingga memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, bahan kimia, bahan biologis, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
Sesi diskusi diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta pelatihan yang ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan mengenai teknik-teknik budidaya antara lain:
1) kedalaman air yang ideal untuk budidaya ikan, 2) rasio minimal kepadatan ikan yang ditebar dengan luasan wadah budidaya dan pemanfaatan pakan alami secara efektif untuk usaha pembesaran ikan, selain itu juga ditanyakan ukuran panen ikan yang dapat dipasarkan.
Narasumber juga memberikan motivasi kepada peserta bahwa secara ekonomi harga produk hasil pertanian maupun perikanan yang diproduksi secara organik.
Diantaranya budidaya secara ramah lingkungan, memiliki nilai ekonomis 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan produk anorganik. Peserta sangat tertarik dengan penjelasan narasumber mengenai budidaya organic dan ramah lingkungan dan meminta untuk dapat diselenggarakan kegiatan lanjutan terkait produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian organik. (**/**)