Pasuruan (WartaBromo.com) – Pada tahun 2006, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumberdaya Air telah membangun Embung Biting yang terletak di desa Sukorame Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Embung pada awalnya dimanfaatkan untuk menampung air hujan atau air dari sumber lain agar tidak langsung mengalir ke bawah.
Akan tetapi sebenarnya manfaat embung dapat ditingkatkan lebih dari itu. Sebagaimana disampaikan oleh Camat Sukorejo saat melakukan pertemuan dengan masyarakat sekitar embung bersama tim Doktor Mengabdi (DM) dengan topik Pemberdayaan Usaha Budidaya Perikanan dari Universitas Brawijaya.
Kegiatan DM merupakan salah satu bentuk perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya secara kompetisi di lingkungan Universitas. Melihat potensi perikanan tersebut, maka Tim DM kemudian melakukan komunikasi dengan pimpinan daerah setempat yaitu Camat Sukorejo dengan wilayah kerja Desa Sukorame.
Tujuannya, untuk melakukan pengembangan dalam pemanfaatan Embung sebagai sarana produksi perikanan komoditas ikan air tawar.
Camat Sukorejo, Diano Vela Fery Santoso, S.Sos., M.A, di depan masyarakat dan tokoh masyarakat serta tim Doktor mengabdi menyampaikan beberapa point terkait hal ini.
“Masyarakat sekitar harus bisa memanfaatkan Embung Biting sebagai salah satu sumber ekonomi, berbekal keterampilan dan itu kembali pada semangat kita dan tekad kita. Semua perlu proses, dan Insya Allah dengan teknologi proses itu bisa dioptimalkan,” ujarnya.
Sementara itu, ketua tim DM, Dr. Yuni Kilawati S.Pi, M.Si menyampaikan bahwa salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknologi keramba tancap.
Tidak seperti penebaran benih pada kegiatan sebelumnya, yang telah dilakukan penebaran benih ikan Nila sebagai upaya restocking pada sumberdaya hayati alami ikan di Embung, penggunaan keramba ini diharapkan dapat dilakukan analisa seberapa produktif budidaya ikan yang dihasilkan.
“Kami membawa mitra yang ahli dalam desain keramba, yang diharapkan dapat memberi masukan yang pas desain keramba seperti apa yang cocok dengan kondisi embung biting,” katanya.
Berdasarkan hasil penelitian yang digagas oleh tim Doktor Mengabdi (DM) yang diketuai oleh Dr. Yuni Kilawati, S.Pi. M.Si dengan dua orang anggota yaitu Adharul Muttaqin ST.MT. dan Dr. Yunita Maimunah, M.Sc, menunjukkan bahwa air di embung Biting memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi kebutuhan optimal budidaya perikanan.
Penggunaan keramba tancap ini ternyata harus menghadapi masalah pendangkalan embung biting yang sangat cepat dan pertumbuhan enceng gondok liar yang juga sangat cepat.
Keramba tancap memerlukan kedalaman air yang konsisten setidaknya 1 meter. Sebagai solusi, keramba tancap akan dipasang di tempat-tempat dengan kedalaman khusus yang dapat dijumpai ke arah hilir.
Sedangkan pertumbuhan enceng gondok liar dapat diatasi dengan memberikan benih tumbuhan pesaing yang lebih bermanfaat misalnya pohon kangkung. Jika pertumbuhan enceng gondok tetap cepat, maka Camat bersedia mecarikan vendor yang memerlukan pasokan enceng gondok sebagai bahan baku produksinya.
Tim DM juga menginduksikan pengetahuan tentang revolusi agroindustri generasi keempat (agroindustri 4.0) kepada masyarakat. Pelatihan pemahaman menghadapi Agroindustri 4.0 digelar di Desa Sukorame yang dibuka oleh Camat Sukorejo.
Agenda ini dihadiri oleh perwakilan Babinsa, perangkat Desa yaitu kepala desa, sekretaris Desa, ketua RT dan RW di lingkungan Desa Sukorame, dan 30 orang peserta pelatihan dari pemuda Desa Sukorame.