Rabu (14/11/2019) seharusnya menjadi puncak kegembiraan keluarga besar TPQ As-yahidiyah. Tapi, kecelakaan yang terjadi di ruas tol Km 805 Grati membalikkan semuanya.
Laporan: Amal Taufik
KESEDIHAN begitu meliputi keluarga besar TPQ As-Syahidiyah, Kalipang, Grati. Puncak akhirussanah yang harusnya diliputi kegembiraan, justru berakhir dengan duka.
TPQ yang berlokasi di Dusun Tegalan, Desa Kalipang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan itu memang punya tradisi rutin tiap tahun. Setelah imtihan (ujian) yang menandai berakhirnya tahun ajar, biasanya dilanjutkan dengan ziarah.
Begitu pula dengan Rabu (13/11/2019) itu. Usai acara imtihan selesai, TPQ merencakan tur religi ke Lima Wali yang ada di Surabaya, Gresik, Lamongan hingga Tuban, keesokan harinya (Kamis, 14/11/2019).
“Ini kan semacam pesta akhir tahun ajaran TPQ. Biasanya memang begitu,” ujar Junaidi, 30. Dikatakan Junaidi, ada 120 wali murid yang ikut dalam kegiatan ini.
Kamis (14/11/2019), rombongan dijadwalkan sekira pukul 07.00. Dua bus akan menjemput mereka di ujung gang Dusun Tegalan 2, Kalipang.
Tetapi selepas Subuh, pemimpin rombongan, Zaini sudah memanggil para wali murid melalui toa masjid agar rombongan bergegas. Sebab bus yang akan mengangkut mereka hampir tiba.
“Itu tidak lama setelah salat subuh. Dia siaran begitu,” lanjut Junaidi.
Peserta rombongan pun bersiap. Namun sampai di lokasi penjemputan, bus tak kunjung datang. Bus justru baru tiba saat terik mulai mengusap kulit. Sekitar setengah 8 pagi.
Dipimpin Zaini, rombongan akhirnya berangkat. Begitu juga Junaidi, yang ikut bersama istri dan anaknya. “Saya duduk di bagian tengah,” katanya.
Sampai di lokasi terakhir di Tuban, perjalanan tidak mengalami kendala apapun. Di sini, peserta rombongan saling berbagi suka cita. Termasuk berswafoto.
Tapi, malang tak bisa ditolak. Dalam perjalanan pulang, bus mengalami kecelakaan di Jalan Tol KM 805 Grati, Kabupaten Pasuruan, Jumat (15/11/2019) dini hari. Bus menabrak truk pengangkut semen dari belakang.
Empat orang hilang nyawa dalam kejadian itu. Termasuk Zaini yang merupakan guru ngaji Junaidi. Zaini dikenali juga pimpinan TPQ As-Syahidiyah.
Junaidi yang mengenakan pakaian putih bermotif kotak-kotak itu menjelaskan, ketika kejadian semua penumpang tidur kecuali dirinya. “Dari Tuban berangkat jam 12 malam,” katanya.
Saat itu bus sejatinya melaju dengan kecepatan yang masih wajar. Semua penumpang terlelap. Termasuk Junaidi.
Tiba di Gresik, bus berhenti di pom bensin. Beberapa orang turun, dan secara bergantian, pergi ke toilet. Setelah itu, bus kembali melanjutkan perjalanan tak lama kemudian.
Formasi kursi bus 2-3. Zaini (47) bersama istrinya Sultonia (35), dan putri kecilnya Rizka Falaha (2) duduk di kursi paling depan. Mereka merupakan pimpinan rombongan.
Cabut dari Gresik Junaidi tak lagi merasakan kantuk. Sopir memutar video-video musik di layar TV. Barulah ketika masuk tol, menurut Junaidi, sopir menginjak pedal gas lebih dalam. Bus melesat lebih kencang.
Dan, tiba-tiba saja suara benturan terdengar keras diikuti teriakan yang saling bersahutan dari para penumpang. “Ya tahunya sudah nabrak. Orang-orang teriak semua,” tuturnya.
Rejoso dini hari jam 3 pagi, Junaidi yang duduk di tengah bersama anak, istri, dan ibunya terlempar ke depan. Kaca depan bus pecah. Jalan tol yang semula sepi berubah riuh. Orang-orang berteriak.
Menurut Junaidi, benturan itu terjadi sangat keras. Saking kerasnya, penumpang yang duduk paling belakang bahkan terpelanting sampai ke bangku tengah.
Truk yang disodok dari belakang itu pun ikut terjungkal keluar jalur menumpahkan angkutannya. Semen berceceran. “Jalan tol sepi sekali dini hari itu,” lanjut lelaki yang biasa disapa Ju tersebut.