Pasuruan (Wartabromo.com) – Pernah mendengar istilah toxic positivity? Istilah itu sering digunakan untuk mendorong seseorang untuk berpikir positif, tapi sebenarnya malah memperburuk mental.
Berpikir positif ajalah, ambil hikmahnya, atau udah lah biasa aja kali, merupakan beberapa kata toxic positivity yang sering digunakan. Padahal, kata-kata tersebut niatnya mendorong, tapi ternyata dapat memperburuk psikologis orang lho.
“Setiap orang memiliki emosi negatif yang wajar muncul dan dirasakan ketika mengalami persoalan yang membuatnya tidak nyaman ataupun tidak menyenangkan,” tutur Veronica Adesla, Psikolog klinis dari Personal Growth dinukil dari detik.com.
Dijelaskan, ketika kalimat toxic positivity itu keluar, seseorang dapat merasa persoalannya diremehkan, perasaannya tidak diterima. Bisa juga merasa tidak seharusnya emosi dalam sebuah suasana hingga tidak seharusnya mengeluh sampai akhirnya merasa bersalah telah berkeluh kesah.
Padahal, seseorang bercerita itu bertujuan untuk meringankan beban pikiran, didengar dan mendapat solusi. Bukan malah merasa diremehkan atau bikin makin drop.
Kalau sudah begitu, orang menjadi berpikir ulang untuk bercerita. Apalagi kalau respon yang diberikan tidak tepat, malah memperkeruh suasana.
Bagaimana, ada yang sedang atau pernah mengalami?
Nah, untuk itu, Vero menyarankan, ketika seseorang bercerita keluh kesahnya, ada baiknya kita menunjukan empati. Misalnya dengan kata-kata, ‘pasti berat yah kamu ngalamin kaya gitu’, atau ‘aku bisa paham kamu ngerasa marah atau sedih karena kejadian itu.’
Ternyata, empati terbukti dapat memulihkan kondisinya psikologis seseorang ketika perasaan tidak menyenangkan itu diungkapkan. Setelah itu, barulah mencoba memberi tawarkan bantuan sesuai kebutuhan.
Jadi, jangan sampai mengeluarkan ucapan semangat, tapi malah jadi racun, alias toxic positivity saat ada orang curhat padamu ya. (bel/may)