“Tidak usah gengsi jadi petani, karena pertanian itu sumber pangan.”
Laporan : Maya Rahma
TAK banyak orang yang mempunyai cita-cita menjadi seorang petani. Khususnya kaum muda. Arif Eko Maryanto (29), satu dari sedikit orang yang bercita-cita menjadi petani.
“Memilih bertani, sesuai potensi yang ada di daerah saya sendiri. Pertanian,” cerita Abi-sapaan akrabnya.
Dari situlah, Abi memilih untuk menjadi seorang petani. Ia mengaku tak punya ilmu apapun mengenai pertanian. Hal tersebut sempat Ia sayangkan. Apalagi melihat potensi di wilayah Kecamatan Senduro, Lumajang yang sangat baik lahan pertaniannya.
“Ambil kuliah, jurusan saya pertanian. Lebih fokus ke teknologi produksi benih,” lanjutnya.
Kuliah selama 4 tahun ini ternyata berbuah manis. Abi, kini bisa melakukan berbagai eksperimen pembibitan, utamanya sayur-mayur. Berbagai tanaman yang mulanya tak terpikirkan bisa tumbuh di highland, ternyata berhasil dibudidayakan.
“Tanaman-tanaman tertentu yang bisa, kita coba sedikit dulu, baru kalau berhasil kita budidayakan yang banyak,” ujarnya.
Abi mengaku, selama ini beberapa petani mengalami kerugian karena tanaman yang dibudidaya gagal. Bisa jadi daunnya bagus, tapi tak berbuah, atau malah tidak bisa tumbuh sekali.
Sedangkan yang selama ini terjadi, bibit tersebut langsung ditanam dalam jumlah besar. Hal ini membuat para petani merugi. Bahkan bukan hanya petani, Abi mengungkap ada juga pembinaan kurang tepat yang dilakukan dinas terkait mengenai pola ini.
Terlepas dari itu semua, Abi mengaku bibit dan hasil pertaniannya kini terus berkembang. Bahkan Ia punya beberapa investor yang mensupport pembibitan ini.
“Ada beberapa investor, swasta. Ya perjuangannya sulit untuk dapat investor ini,” ungkapnya.
Investor kata Abi benar-benar melihat potensi dan hasil dari sebuah lahan. Pembuktian ini yang menjadi bekal kepercayaan investor. Apalagi jika tanaman yang akan diujicobakan terbilang masih baru.
Sebagai informasi, ada berbagai sayuran yang ditanam di lahan pertanian milik Abi. Di antaranya sawi, gubis, wortel, cabe. Tanaman ini kata Abi khas warga di Lereng Semeru.
Pria lulusan pertanian ini kemudian mencoba beberapa tanaman lain. Seperti terong, seledri, zukini, hingga semangka kuning. Berbagai sayur dan buah ini hasil eksperimen Abi yang sudah Ia pelajari dan diuji cobakan.
WartaBromo kemudian mencoba mengulik pendapatan pemuda ini. Namun Ia enggan mengungkapkan penghasilan yang Ia dapatkan selama menjadi petani.
“Ya lumayan lah,” ujarnya sambil tergelak.
Namun ada satu sayuran yang Ia bocorkan memiliki keuntungan cukup besar. Tanaman tersebut yakni seledri. Sayuran yang tak disangka bisa berkembang dengan kualitas baik.
Satu kilo seledri kata pria satu anak ini, bisa terjual dengan harga Rp 25 ribu. Omsetnya sendiri mencapai Rp 30 juta dalam sekali panen di sepetak lahan.
Padahal Abi memiliki sedikitnya 9 Hektar lahan yang tersebar di wilayah Senduro dan Yosowilangun. Meski tak semuanya ditanami seledri, namun beberapa sayuran lain terbilang sangat menjanjikan keuntungan besar.
Tentu saja kualitasnya juga baik, dan sudah ada peminangnya, seperti pasar modern.
Bisa dibayangkan bukan berapa pendapatan yang diraup oleh pria 29 tahun ini?
Nah, pemuda asal Kandang Tepus itu sekarang sudah memiliki lebih dari 10 pekerja. Buruh tani tersebut kebanyakan sudah berusia jauh di atas Abi dan berasal dari warga sekitar.
Abi berharap, perjuangan sebagai petani bisa menyentuh kaum muda untuk mau menggeluti sawah. Tentunya sebagai petani, dengan terlebih dahulu belajar tentang pertanian.