“Tak ada yang abadi. AKBP Arsal Sahban harus ikut rotasi, sesuai mandat Polri. Lalu, sebanyak apa prestasi Arsal selama mengabdi?”
Laporan : Maya Rahma
SELAMA memimpin Lumajang, berbagai gebrakan dilakukan oleh AKBP Arsal Sahban. Penanganan sejumlah tindak kriminal dirampungkan, meski masih banyak kasus belum diungkap, seakan tak temukan titik terang.
Setidaknya ada 3 fokus utama digaungkan Arsal, selama jadi Kapolres Lumajang. Itu didapatnya berdasar hasil blusukan di Lumajang. Sebut saja aksi begal, maling sapi, dan persoalan tambang pasir.
Bisa dibilang, kasus begal di Lumajang berangsur turun sejak menggerebek rumah-rumah di pelosok kampung, tempat motor bodong tersimpan. Kebijakan Arsal menembak di tempat terhadap pelaku begal juga bagian cara hingga angka kriminal ditekan.
Namun pada 2 bulan terakhir, kasus begal kembali terdengar di Lumajang. Seorang warga Jember meninggal setelah dibegal di kawasan jalur Pantura wilayah Lumajang.
Arsal kemudian menetapkan Lumajang Darurat Begal dan masih belum dicabut hingga saat ini.
Berikutnya Maling sapi. Hampir sama dengan begal, maling sapi berangsur turun. Salah satu upaya yang dilakukan sebelumnya adalah membentuk Satgas Keamanan Desa.
Warga yang kehilangan sapi, kini bisa ditangani oleh SKD. Tentunya masih dengan pengawalan pihak kepolisian.
Fokus terakhir soal tambang pasir. Beberapa kali konflik jalan timbul. Sinergi antara kepolisian dan Pemkab Lumajang terjalin untuk mengatasi masalah akses truk muat pasir ini.
Saat itu, beberapa perjanjian telah disepakati antara penambang dan warga. Sampai saat ini pun, kesepakatan masih bergulir.
Sejauh, polemik sosial tersebut boleh dikatakan aman.
Selain 3 fokus Arsal, ada beberapa kasus lain, masih ditangani.
Sebut saja bisnis Ponzi Umi Salmah. Penipuan besar-besaran yang dilakukan warga dengan modus investasi.
Ada juga ungkap kasus pengedar shabu 77,7 gram yang diduga jaringan Sokobanah, Sampang, Madura.
Belum lagi kasus yang masih hangat diperbincangkan, bahkan menjadi catatan tebal di meja redaksi WartaBromo adalah bisnis piramida, melibatkan perusahaan multinasional QNet.
Masalah, yang sebenarnya sudah lama bergulir di Indonesia tanpa ada penyelesaian berarti itu, pelan-pelan coba diungkap oleh Arsal. Modus mencari member dengan rekrutmen pekerja akhirnya dibongkar.
Bukan perkara mudah mengungkap bisnis ini. Pasalnya, kasus semakin membesar setelah warga luar Lumajang turut melapor.
Arsal, bahkan harus terbang ke Bareskrim terkait kasus ini.
Dari ikhtiar itu, minimal ia telah miliki catatan jika perusahaan ini bermasalah, selain menginginkan dukungan dari Bareskrim Polri.
Ruang Arsal menanganinya menjadi cukup lapang, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan kegiatan perusahaan Amoeba Internasional afiliasi QNet itu, sebagai bisnis illegal.
Namun masalah masih menggantung, karena tersangka belum bisa terungkap keseluruhan. Beberapa saksi dari petinggi perusahaan yang dipanggil polisi pun terkesan abai. Tak penuhi panggilan penyidik.
Terlepas dari kasus besar yang ingin dibongkarnya, kini Arsal sudah harus pergi meninggalkan Lumajang. Ia bakal mengemban tugas baru di Kota Bogor, sebagai Wakapolres.
Meski berbagai kasus belum terselesaikan. Namun setidaknya, ada satu hal yang patut diingat selama kepemimpinan putra Makassar ini di Lumajang.
Prestasi, di antaranya turunkan angka kriminalitas, sepertinya menjadi persembahan manis bagi warga Lumajang.
“Masih ada orang merasa takut, khawatir kalau keluar malam karena takut kejahatan di jalan. Pelan-pelan harus kita hilangkan. Feel of crime,” kata Arsal beberapa waktu lalu.