Tapi, barangkali yang terpenting adalah menampilkan niatan membangun.
Redaksi
ADJIB, Akronim pasangan Irsyad Yusuf-Mujib Imron telah berumur 1 tahun.
Mereview proses pencalonannya di Pilkada Kabupaten Pasuruan 2018 lalu, pasangan ini begitu dahsyat mendapatkan kepercayaan seluruh Partai Politik penguasa parlemen.
Bayangkan, 50 bangku diserahkan “percuma”. Karuan saja, Adjib menjadi satu-satunya pasangan, seakan tak terlawan.
Merujuk visi saat kampanye waktu itu, Adjib kumandangkan pemerataan pembangunan Maslahat, seperti tagline selama ini.
Tahun pertama, basis perhatian Irsyad-Mujib diarahkan pada keluarga dan pendidikan karakter. Lalu 2020, Adjib mencoba tingkatkan kualitas pelayanan publik.
Lanjut tahun ketiga, ada konektivitas infrastruktur, yang kemudian memacu penguatan kelembagaan ekonomi desa di tahun keempat.
Nah, Adjib memungkasi masa pengabdiannya dengan memberi prioritas meningkatkan nilai tambah ekonomi dan pembangunan berwawasan lingkungan.
Visi tanpa “tandingan” itu-lah yang membuat Adjib memperoleh mandat, memimpin 1,6 juta jiwa penduduk Kabupaten Pasuruan.
Bagi Gus Irsyad -panggilan karib Bupati-, kursi ini diduduki untuk kedua kalinya.
Tentu, kekuasaan mengelola pemerintahan dan pengalaman membangun kepercayaan warga -selama lima tahun sebelumnya-, telah didapat.
Bila ditukikkan ke masa sekarang, pegangan pengalaman Irsyad selama setahun berkuasa ini mestinya sudah ada yang bisa diberikan.
Namun, apa yang dicatatkan untuk awal tahun kepemimpinan sepertinya jauh panggang dari api.
Jika dirujuk pada banyaknya angka pengangguran, maka keluarga mapan yang diharapkan pun tak nampak.
Faktanya, pengangguran masih berada pada angka 6,11%. Jumlah sebanyak ini lebih banyak pada angkatan/kelompok usia produktif. Lulusan SMA/SMK sederajat.
Banyaknya pemuda nganggur itu, secara makro juga imbas dari stagnasi pertumbuhan ekonomi. Pada 2017, ekonomi tumbuh sebesar 5,72%, yang kemudian meningkat tidak lebih dari 0,03% menjadi 5,75% di tahun 2018.
Pertumbuhan itu karuan saja tak mampu mengatrol keinginan memperkecil jumlah pengangguran.
Sayangnya, saat ini masih belum didapatkan catatan, seberapa besar pertumbuhan ekonomi yang didapatkan selama setahun Adjib memimpin.
Jika dari pencanangan, Kabupaten Pasuruan ingin meraih rerata pertumbuhan berkisar 5,73% bahkan sampai 6%.
Tak goyahnya pertumbuhan ekonomi juga berpadu pada angka kemiskinan.
Selama kurun setahun ini, Adjib mencoba menekan kemiskinan hingga menjadi 9,30%. Akan tetapi, untuk satu hal ini, sampai kini juga belum ada data raihan pasti.
Sepertinya, Gus Irsyad-Gus Mujib enggan muluk-muluk tekan angka kemiskinan. Pasalnya, pada 2018 lalu angkanya berkisar sebesar 9,45%.
Sehingga, bila disandingkan dengan target, duet Gus ini, menambah 0,15% saja dari capaian sebelumnya.
Target yang sebenarnya tak bisa dikatakan layak, untuk sebuah kekuasaan yang sudah dipegang hingga dua kali.
Tapi, barangkali yang terpenting adalah menampilkan niatan membangun.
Setidaknya terlihat pada keinginan menguatkan basis pendidikan karakter, yang diwujudkan dengan program wajib Madin (madrasah diniah).
Dari tinjauan pendiriannya, per akhir 2018, jumlah Madin sudah mencapai 1.527, terdiri 1.425 Madin Ula dan 102 Madin Wustha.
Luar biasa, karena angka ini melampaui 1.007 jumlah SD atau MI di Kabupaten Pasuruan.
Masalahnya, menggelembungnya Madin apakah benar-benar memperkuat karakter anak-anak Pasuruan? Ini yang masih menjadi perdebatan dan telaah.
Masih banyak ditemukan persoalan sosial melibatkan anak-anak di tengah masyarakat.
Pertanyaannya, sampai sejauh mana penguatan pendidikan karakter telah dicapai?
Bagaimana kemudian, seorang anak malah terlibat dalam kasus-kasus kriminal, macam terjebak penyalahgunaan narkoba.