“Selama sepekan, warga disuguhi persoalan cukup berat. Yang biasanya rebahan akhirnya turun ke jalan. Yang biasanya duduk diam, sekarang ikut salurkan geram. Ada Apa dengan Indonesia?”
Oleh : Maya Rahma
PERTANYAAN yang sampai saat ini masih belum saya temukan jawabannya yakni Ada Apa dengan Indonesia? Ada Apa dengan Negeriku?
Saya adalah pengguna Twitter yang cukup aktif ketimbang sosial media lain. Beberapa hari terakhir sedang ramai penolakan rakyat yang diwakili Mahasiswa bahkan anak STM mengenai sejumlah RUU.
Mulai dari dugaan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga RUU KUHP mengenai pertanahan, ketenagakerjaan, kebebasan pers dan lain-lain yang saya juga mumet bacanya, karena gak menyangka ada RUU model begitu.
Saya yakin, Agent of Change ini sudah ngelontok soal RUU.
Mereka akhirnya demo yang menurut saya ini besar-besaran. Di satu sisi saya salut juga dengan mereka yang menyuarakan rakyat. Apalagi katanya aksi ini mirip dengan aksi di tahun 98. Tapi saya tidak tahu, karena saat itu saya masih berumur 4 tahun.
Kembali ke topik awal. Aksi mahasiswa ini mulai membuat Pemerintah menoleh, meski DPR yang di-demo tidak peka sama sekali. Pengesahan ditunda sementara.
Bahkan hari ini katanya Jokowi bakal menemui mahasiswa. Semoga ada titik terang.
Karena jujur sebenarnya saya lelah baca yang berseliweran di sosial media. Bukan tentang itu-nya, tapi berbagai hoax justru sangat subur di saat seperti ini. Kemarin bahkan membuat para pelajar SMK yang dulunya bernama STM ikutan aksi.
Katanya untuk membantu kakak-kakak yang sebelumnya telah berjuang.
Mereka peka sih ketimbang para wakil rakyat (sepertinya).
Meski akhirnya mereka juga asal maju begitu. Karena yang dibahas malah mengenai menolak pemindahan Ibukota. Ya sudah, yang penting mereka lebih peka.
Ada lagi selain soal RUU, Wamena Papua juga ada aksi yang menyebabkan kerusuhan. Korban berjatuhan.
Ketika saya cari tahu, kata Kapolri penyebabnya adanya dugaan berita bohong atau hoax yang tersebar di kalangan pelajar SMA.
Keramaian ini bertambah dengan unggahan Polda Metro Jaya melalui akun Twitter mengenai ambulans DKI Jakarta yang ditengarai menyuplai batu untuk aksi mahasiswa.
Namun di video tidak terlihat batunya. Netizen kemudian tanya dengan tagar #ManaBatunya.
Terus diklarifikasi kalau itu keliru. Bukan ambulans, melainkan mobil PMI yang menjadi tempat perlindungan mahasiswa yang sedang aksi.
Netizen jengkel dan kecewa dengan kepolisian ini.
Apalagi polisi juga semakin tersudut setelah salah satu akun Instagram mengunggah video yang berisi pengakuan Tim Medis sedang membawa pasien bukan batu.
Pasien dalam keadaan luka pendarahan.
Bahkan pengakuannya, petugas medis sempat berdebat dengan aparat hingga diludahi berkali-kali.
Saya mikir akhirnya, ini pak Polisi kenapa juga bisa kayak begitu?
Kok pas karut-marut begini malah sempat-sempatnya menyebar video dugaan begitu. Terlepas dari kebenaran ada proses peludahan ini.
Persoalan itu tumplek blek di sosial media. Puncaknya hari ini, seorang aktivis ditangkap gara-gara cuitannya soal Papua. Dandhy Laksono jadi tersangka. Padahal kata saya sih, cuitan tersebut berisi kumpulan informasi yang dirangkum. Disertai pertanyaan. Mempertanyakan. Tidak menyinggung siapa pun.
Kenapa harus kena UU ITE?
Eh berlanjut…. Ananda Badudu seorang musisi juga mantan jurnalis, yang membantu menyalurkan dana pengobatan untuk teman-teman aksi juga ikut dijemput Polda Metro Jaya.
Dari sana saya mikir. Ada Apa dengan Indonesia? Kenapa bisa secarut marut sekarang?