Probolinggo (wartabromo.com) – Kerusakan terumbu karang di perairan Kabupaten Probolinggo berkisar 50-65 persen. Mengatasinya, Dinas Perikanan mencoba kembangkan terumbu karang organik (bio-reeftek).
“Sampai saat ini, kami belum mempunyai data yang valid. Memang kerusakan terumbu karang di perairan kita, diperkirakan lebih dari 50 persen. Namun itu, kerusakan sebelumnya tahun 90-an. Sekarang kami dan dinas perikanan provinsi, sedang melakukan pemetaan,” kata Hari Pur Sulistyanto, Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo, Selasa (3/8/2019).
Ia kemudian menjelaskan, kawasan terumbu karang wilayah Probolinggo berada di perairan Binor, Kecamatan Paiton; dan Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih.
Di sekitar Pulau Gili, ekosistem terumbu karang mencapai 180 hektar. Pada dekade 90-an kerusakan terumbu karang sangat parah, akibat tingginya aktivitas penangkapan ikan.
Dari hitungan kasar saat ini, setidaknya masih tersisa 35 persen terumbu karang tumbuh dengan bagus.
Sejak 2012 lalu, Diskan mencoba melakukan pelestarian dengan mengembangkan rumah ikan (fish apartement) dan terumbu karang buatan (transplantasi).
Upaya perbaikan itu ada di 9 titik, di antaranya perairan di Desa Randuputih dan Dringu, Kecamatan Dringu; Binor, Jabung dan Randutatah, Kecamatan Paiton.
Kemudian juga ada di perairan Desa Bayeman, Curahdringu, Kecamatan Tongas; Pulau Gili Ketapang dan Desa Banjarsari, Kecamatan Sumberasih.
Namun, pertumbuhan terumbu karang transplantasi ini sangat lambat. Sehingga sejak 2018, metode baru dengan bio-reeftek, mulai dikembangkan.
Teknologi ini berbahan organik dari batok kelapa. Sekitar 250 modul sudah dipasang. “Tahun ini pemasangan kubus beton berongga di Binor,” ungkap pria yang akrab dipanggil Ipong ini.
Selain upaya perbaikan fisik, penjagaan adanya ancaman pengrusakan oleh oknum tak bertanggung jawab, juga dilakukan.
Untuk hal itu, Diskan melibatkan kelompok nelayan, dengan menyerahkan perawatan fish apartement pada tiap kawasan konservasi. Tujuannya, agar tempat bermain dan berlindung bagi ikan kecil dari predator, tetap terjaga.
“Kalau terumbu karang buatan dikelola oleh Pomaswas kelompok masyarakat pengawas setempat. Kelompok pengawas yang berbasis masyarakat yang membantu kita melakukan pengawasan sumberdaya perikanan. Pokmaswas ini beranggotakan para ketua kelompok nelayan,” terang Ipong. (saw/saw)