Bongkar-bongkar Tas Pekerja Seks yang Terjaring Razia

7027
Meski telah melengkapi dengan jimat keselamatan dan pengasihan, nyatanya mereka tetap kena garuk Pol PP.

Laporan: Choirul Umam Effendi, Probolinggo

GELIAT bisnis esek-esek masih marak di Kabupaten Probolinggo. Malah, berbagai media penglaris digunakan oleh pekerja seks (PS).

Media penglaris untuk menggaet pria hidung belang itu beragam, di antaranya berupa jimat, bahkan minyak ‘bulu perindu’.

Pengakuan dilontarkan oleh SP (36), warga Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, saat ditemui wartabromo.com di kantor Satpol PP, Minggu (25/8/2019).

SP merupakan satu dari lima pekerja seks yang diamankan oleh petugas penegak Perda di sebuah warung remang-remang daerah Kecamatan Besuk.

Perempuan ini sebelumnya mengungkapkan, tarif yang harus dibayar untuk sekali kencan sebesar Rp100 ribu. Namun selayaknya sebuah bisnis, bila kondisi sepi, tak jarang juga ada pelanggan yang menawar Rp75 ribu.

Kalau sudah begini, ia hanya bisa anggukkan kepala setuju memberikan jasanya. Yang terpenting baginya, telah mendapatkan tamu.
Kira-kira di benaknya muncul kalimat: daripada modal dandan tak balik, harga turun sedikit tak apa.

“Kalau sepi tamunya nawar Rp75 ribu, tapi kalau sekarang saya patok Rp100 ribu. Harga cabai aja naik, masa’ goyangan enggak,” ungkapnya tanpa malu.

Ia mengaku menikmati pekerjaan yang sudah dilakoni beberapa tahun terakhir itu. Bahkan, SP memiliki sebuah jimat dengan huruf Arab yang menjadi pegangan. Jimat ini tergolong biasa, diyakini dapat menjaga keselamatan.

Selain jimat huruf Arab, ia juga mempunyai batu akik. Tuahnya, katanya sih sebagai penglaris. “Didapatkan dari teman yang lebih dulu bekerja kaya’ saya,” ujar perempuan dengan dua anak ini.

Selain akik, SP juga melengkapi diri dengan minyak ‘bulu perindu’. Minyak berwarna agak kekuningan dalam botol mirip ampul itu, dipercaya dapat memikat para lelaki hidung belang.

Ia sadar, dengan tubuh yang ‘subur’ dan sudah tak lagi ideal, maka mustahil baginya untuk menarik perhatian lelaki. Kira-kira dengan minyak ini, kepercayaan dirinya tumbuh dan mendapatkan pelanggan.

“Beli pas ke Bali, katanya bisa gaet tamu, tapi jarang saya gunakan. Cara pakainya cuma minyaknya saja dioleskan ke seluruh badan, terutama hidung. Ada hasilnya, tapi tidak selalu dapat pelanggan banyak, kadang-kadang saja,” urainya.

Hal sama juga disampaikan oleh IH, dengan menjelaskan, standar upah untuk mendapatkan layanannya berkisar antara Rp75 ribu hingga Rp100 ribu. Soal jimat penglaris, IH juga memilikinya.

“Rp100 ribu biasanya kalau banyak pengunjung, kalau sepi biasanya kami turunkan Rp75 ribu. Itupun untuk sewa kamar Rp15 ribu,” terang IH.

Pastinya, meski telah melengkapi dengan jimat keselamatan dan pengasihan, nyatanya mereka tetap kena garuk Pol PP. Keberadaan mereka dianggap sebagai penyakit masyarakat, sehingga harus ditertibkan.

Pada operasi Pekat (penyakit masyarakat) di Kecamatan Besuk, Satpol PP Kabupaten Probolinggo mengamankan 5 pekerja seks.

Mereka tercatat berinisial BWN (28) asal Krucil, SP (36) asal Tegalsiwalan; IH (22) asal Banyuanyar; dan SF (32) asal Gading, Kabupaten Probolinggo. Satu lagi berinisial AA (31) asal Situbondo.

Selain itu, dua muncikari diciduk masing-masing tempat berbeda di Kecamatan Besuk. Muncikari itu adalah SY (33) asal Desa Tlogosari, Kecamatan Tiris; dan MT (34) asal Desa Besuk Agung, Kecamatan Besuk.

“Untuk masalah penyakitnya, kami koordinasi dengan Dinkes. Pembinaannya kami akan koordinasi dengan Dinsos. Yang muncikarinya, kami akan koordinasi dengan pihak kepolisian,” kata Mashudi, Kasi Operasi dan Pengendalian (Opsdal) Satpol PP Kabupaten Probolinggo. (*)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.