Jakarta (WartaBromo.com) – Investigasi merupakan intisari dari jurnalisme. Melalui investigasi jurnalistik, seorang jurnalis dituntut untuk mampu menyajikan laporan pelanggaran sistemik yang tidak banyak terungkap atau bahkan coba ditutup-tutupi dari publik.
Kendati begitu, tidak semua jurnalis mampu membuat laporan jurnalistik investigasi. Sebab, ada banyak varian yang diperlukan untuk bisa menghasilkan berita investigasi yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Mulai dari biaya, energi yang lebih besar, juga kapasitas si jurnalis yang cukup.
“Jurnalis investigasi dituntut untuk tidak hanya mampu mengendus persoalan besar yang luput dari perhatian publik, tapi juga bagaimana menembus narasumber, dan melaporkannya dengan baik,” kata Direktur Tempo Institute, Qaris Tajudin saat pembukaan pelatihan Investigasi Bersama Tempo IV, di Gedung Tempo Jl. Palmerah, Jakarta Selatan.
Tempo, melalui Tempo Institute memang membuka pelatihan Investigasi Bersama Tempo tiap tahun. Agenda yang menyasar jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia ini merupakan keempat kalinya digelar.
Pada tahun ini, sebanyak 118 proposal masuk ke meja Tempo Institute untuk mendapat persetujuan. Dari jumlah tersebut, hanya 14 usulan yang dinilai layak dan berhak mengikuti program pelatihan di Jakarta.
Dari sebarannya, para peserta yang terpilih berasal dari berbagai media di nusantara. Seperti Aceh, Riau, Lampung, Jawa Timur, Ambon, Manado, Nusa Tenggara Barat, hingga Sorong, Papua. Jurnalis WartaBromo.com, M. Asad termasuk di antaranya.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, Tempo dan WartaBromo akan menjalin kolaborasi untuk melakukan investigasi bersama. Utamanya untuk isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Yang menarik, sejumlah CSO (Civil Society Organization) dalam dan luar negeri juga ikut terlibat dalam kegiatan ini.
Di antaranya, Indonesia Corruption Watch (ICW), Migrant Care, Seknas Fitra (Forum Transparansi Anggaran), Aurega, LBH Pers, hingga Free Press Unlimited, asal Belanda. (asd/asd)