Probolinggo (WartaBromo) – Dampak embun beku atau bun upas, memaksa tanaman sayuran di lereng gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, mengering. Bahkan, paparan embun upas membuat tanaman sayuran milik petani terancam mati.
Rusaknya tanaman sayur mayur itu di antaranya terpantau di lahan pertanian milik warga Tengger, di Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura. Sekadar diketahui, embun beku selama ini disebut warga sebagai embun upas. Embun yang mengkristal mirip salju itu dapat diartikan sebagai embun membeku beracun.
Itu karena kandungan belerang dalam embun upas, bila menempel di daun tanaman sayur, seperti kentang, tomat, bawang daun, maupun seledri, maka daunnya akan mengering dan tak lagi dapat tumbuh.
Menurut warga, tanaman yang rentan terserang embun upas adalan tanaman seledri. Jika dalam kurun waktu 24 jam, daun tersebut terpapar embun upas, dipastikan langsung mengering. “Contohnya seperti ini, kalau sekilas memang hijau. Tapi jika diteliti, ada bintik bintik kuningnya. Tidak laku,” kata petani Tengger, Saptono, Selasa (25/6/2019).
Untuk satu petak tanaman selederi ukuran 10×20 meter, biasanya bisa panen sebanyak 1 kwintal. Tapi setelah terpapar embun upas, petani setidaknya dapat memanen separuhnya saja.
“Sejauh ini masih belum ada laporan dari petani. Rekan rekan petani, biasanya sudah mengantisipasi serangan embun upas. Dengan cara menyemprot daun tanaman dengan air. Agar tanaman sayuran bisa bertahan dari serangan embun upas,” ujar Camat Sukapura, Bambang Heri Wahyudi.
Untuk saat ini paparan embun upas dirasakan petani belum begitu parah menyerang. Namun petani resah, karena embun upas diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus.
Jika keadaan ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan sekitar 200 hektar tanaman sayur di kawasan lereng Gunung Bromo akan kering dan mati. Petani lereng Gunung Bromo pun pasrah. Mereka hanya berharap embun upas segera berakhir dan bisa menanam sayuran kembali. (lai/ono)