Pasuruan (wartabromo.com) – Selama tiga tahun terakhir, pemotongan hewan di Kabupaten mengalami tren penurunan. Banyaknya sapi dengan bobot lebih berat, disebut menjadi penyebab berkurangnya jumlah hewan dipotong.
Syaifi, Plt Kepala UPT RPH Kabupaten Pasuruan mengatakan, penurunan jumlah sapi atau kerbau yang dipotong yakni 5%. Penyebab penurunan ini disebut-sebut karena keberhasilan program IB di Kabupaten Pasuruan selama kurun tiga tahun terakhir. IB yang dimaksud yakni persilangan sapi lokal dengan sapi luar dan menghasilkan sapi yang berbobot lebih berat dari biasanya.
“Dulu beratnya sekitar 300 kilogram (kg) dan sekarang malah sampai 500 kg, sehingga jumlah sapi yang dipotong lebih sedikit,” kata Syaifi saat ditemui di kantornya, awal pekan ini.
Sapi dengan bobot lebih berat ini yakni jenis limosin, simental dan lainnya. Pemotongan sapi-sapi ini pun naik pada bulan-bulan tertentu. Seperti saat Hari Raya Idul Adha maupun menjelang Hari Raya Idul Fitri. Misalnya pada Ramadan kemarin, ada sekitar 200 ekor sapi yang dipotong di semua RPH yang ada di Kabupaten Pasuruan.
“Kalau pas awal-awal Ramadan tidak banyak, justru pas malam dua puluhan, banyak sekali pemotongan hewan di RPH. Sehari bisa 40 ekor,” tandasnya.
Syaifi menjelaskan, total ada 10 RPH yang beroperasi di bawah naungan Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan. Kesepuluh RPH tersebut tersebar di Kecamatan Nguling, Pasrepan, Gondangwetan, Wonorejo, Purwosari, Tutur, Bangil, Sukorejo dan Gempol. Dari RPH tersebut, RPH Gempol, Sukorejo, Prigen dan Nguling paling banyak menyumbang jumlah pemotongan hewan setiap tahunnya.
“Satu RPH bahkan di atas 10 ekor per hari untuk jumlah pemotongannya,” imbuh dia.
Meski terjadi penurunan jumlah sapi yang dipotong, namun ada target penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Pasuruan yang harus dipenuhi. Tahun ini, targetnya yakni Rp165 juta. Lalu pada akhir Mei lalu, realisasi penerimaan dari RPH di Kabupaten Pasuruan mencapai Rp73,75 juta. Jumlah ini sudah tercapai sekitar 44 persen. (mil/may)