Probolinggo (wartabromo.com) – Puluhan jamaah umroh asal Desa Ambulu, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, disebutkan terlantar di Madinah, Arab Saudi. Diduga menjadi korban penipuan travel yang mematok harga murah. Pihak keluarga berniat memperkarakan travel umroh ke kepolisian.
Badrus Sholeh (28), menyebutkan jamaah yang terlantar itu berjumlah 32 orang. Ada 26 yang berasal dari Desa Ambulu, termasuk adik dan orangtuanya. Mereka berangkat bersama biro travel umroh PT Shabilla Ebaldo Utama asal Sidoarjo. Biaya yang dikenakan selama 9 hari sebesar Rp 22,5 juta. Dengan membayar DP (Down Payment) antara Rp 6,5 juta – Rp 10 juta.
“Para jamaah tak tahu lewat siapa mereka berangkat. Yang jelas, sudah mereka membayar DP dulu kepada Mursida, warga Gending. Metode pembayarannya berbeda-beda,” ujar Badrus Sholeh, Selasa (14/5/2019).
Sesuai rencana, para jamaah ini diberangkatkan bersamaan. Namun, ternyata jamaah itu, dibagi dalam dua kloter dengan alasan kehabisan tiket. Kloter pertama sebanyak 14 orang berangkat 2 Mei dan direncanakan pulang pada 9 Mei. Sedangkan kloter dua ada 18 orang, berangkat 6 Mei dan pulang pada 12 Mei.
“Jamaah sempat ditampung di Sidoarjo selama 14 hari dengan alasan tidak ada tiket. Kemudian adik saya berangkat duluan, ikut kloter pertama. Orang tua saya kloter kedua. Seharusnya, kloter pertama pulang Kamis dan orang tua saya Minggu lalu. Tapi, ternyata adik saya tidak bisa pulang. Bapak-ibu saya juga nggak bisa pulang, bahkan mereka sempat tertidur di luar hotel,” jelasnya.
Ternyata sesampainya di Madinah, pendamping dari travel, menghilang. Sehingga mereka terlantar, karena tidak mendapatkan hotel. Untungnya saat terlantar itu, ada ada travel dari Medan yang menolong. Mereka kemudian diinapkan di losmen di daerah Misfalah.
“Mereka membayar sendiri biaya penginapannya,” ungkap Badrus.
Sementara ketika dirinya menghubungi pihak travel, tidak bisa. Dengan kondisi ini, keluarga korban berniat melapor ke Polres Probolinggo Kota.
“Tetapi kami masih menunggu keterangan bapak yang ada di Arab Saudi. Kalau misalkan tidak ada tiket pulang dan menyuruh untuk meluruskan, baru kita langsung laporan,” tandas Badrus. (fng/saw)