Probolinggo (wartabromo.com) – Tarif yang kian mahal membuat Pantai Duta di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo seakan kehilangan pamornya. Di awal Ramadan ini, pengunjung turun drastis hingga 75 persen.
Pada Ramadan kali ini, pantai Duta sepi pengunjung, kontras dengan Ramadan tahun sebelumnya. Warga kini ogah menjadikannya sebagai tempat ngabuburit jelang buka puasa. “Mungkin karena tiketnya mahal. Karena jauh berbeda dengan sebelumnya,” ujar Syaifullah, salah satu pengunjung wisata Pantai Duta, Minggu (12/5/2019).
Saat ini, setiap pengunjung pantai Duta dikenakan karcis Rp5 ribu per orang. Kemudian membayar lagi untuk jasa parkir sebesar Rp5 ribu untuk sepeda motor dan Rp10 ribu untuk mobil. Padahal sebelumnya, pengunjung Duta hanya dikenakan retribusi kebersihan, Rp5 ribu untuk sepeda motor, Rp10 ribu mobil dan Rp15 ribu untuk bus mini. “Dulu, sekali bayar saja, sekarang bayar di depan pintu masuk. Kemudian ditarik lagi saat parkir,” jelasnya.
Perintis wisata pantai Duta, Abdul Aziz membenarkan adanya penurunan pengunjung. “Sekarang pengunjungnya saja bisa dihitung dengan jari. Apalagi kalau bulan puasa, orang-orang tidak bisa makan dan sebagainya,” terangnya.
Penurunan itu, diakui Aziz bukan karena faktor bulan Ramadan saja. Sebab, penurunan itu sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Dimana tingkat kunjungan wisatawan diperkirakan turun sekitar 75 persen. “Kalau dulu tiap hari Minggu bisa mencapai limaribu pengunjung, tapi kali ini, maksimal seribu,” ungkap perintis kawasan konservasi Mangrove Randutatah ini.
Ia menduga penurunan pengunjung itu, dampak dari konflik pengelolaan pantai ini antara Kelompok Duta Harapan, selaku pengelola Duta, dengan Bumdes Randutatah. Konflik ini tak kunjung menemui titik temu. Pengelolaan Pantai Duta kemudian diputuskan diserahkan ke Disporaparbud. Hingga kemudian ada 2 tiket yang diberlakukan, yakni tiket masuk dan karcis parkir.
“Tiket masuk itu dari dinas. Sementara untuk karcis parkir dikelola oleh Bumdes atau pemerintah desa. Kami sudah tidak bisa berperan banyak, karena keputusan bukan di tangan kelompok kami lagi,” kata pria yang pernah mendapat penghargaan dalam pelestarian alam tersebut. (cho/saw)