Probolinggo (wartabromo.com) – Adit Maulana (10), siswa kelas III MI Hidmatul Hikam Desa Alassumur Lor, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, menderita Tetralogy of Fallot (TOF) atau jantung bocor dan pembuluh darah sempit sejak lahir. Meski dicover BPJS, ia sangat membutuhkan bantuan.
Saat ini, bocah kelahiran 1 Maret 2009 tersebut, tengah dirawat di RSCM Jakarta. Menunggu operasi Rastelli atau penutupan jantungnya yang bocor. Bersamaan, sedianya slang yang dipasang waktu operasi pertama juga akan diambil.
Adit, buah hati pasutri Ismail (34) dan Sudarsi (32), warga Dusun Nangger RT 11 RW 04 Desa Alas Kandang, Kecamatan Besuk, sudah di RSCM sejak 4 Mei lalu.
“Biaya operasi ditanggung BPJS. Namun ada sebagian yang harus dibayar sendiri, misalkan kayak sekarang. Untuk operasinya saya harus menyediakan sendiri pendonor darahnya sekitar 6 orang. Golongan darah Adit adalah A,” tutur Sudarsi, ibu Adit kepada wartabromo.com, Jumat (10/5/2019).
Sudarsi menuturkan, operasi kali ini bukanlah yang pertama dilakukan terhadap Adit. Operasi pertama kali dilakukan pada Oktober 2015 lalu, memasang slang pelebaran pembuluh darah. Operasi kedua juga dilakukan pada bulan Oktober, namun berselang 3 tahun. Operasi pada 2018 ini, memasang kateter. “Kalo periksa atau kontrol di Malang tidak terhitung sudah,” ungkapnya.
Sudarsi yang hanya ibu rumah tangga ini, berusaha tegar. Ia masih tetap tersenyum meski dihimpit kebutuhan ekonomi. Sebab, penghasilan suaminya sebagai sopir truk tidaklah seberapa. “Kalau sudah ke Jakarta biasanya 1 bulan. Kami indekos di sekitar rumah sakit. Bapaknya ikut dan terpaksa tidak bekerja,” tuturnya.
Gejala awal sakit, sudah dirasakan oleh Sudarsi sejak Adit lahir. Dimana si bayi suka nangis tengah malam. Seiring bertambahnya usia, menangis pada tengah malam berkurang. Puncaknya ketika Adit berusia 5 tahun dan masuk di RA Hidmatul Hikam. Adit kelihatan sakit ketika ada kegiatan olahraga.
“Anakku sering nafasnya ngos-ngosan, bibir dan kukunya sampek membiru, dan wajahnya nampak pucat. Akhirnya saya bawa periksa ke bidan, kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah. Tetapi di sana alatnya kurang memadai, akhirnya di rujuk lagi ke RS pusat di Jakarta sampai sekarang,” terang Sudarsi.
Kondisi fisik Adit yang lemah dibenarkan oleh Amina, guru RA. Hidmat Hikam, tempat Adit menimba ilmu. “Di lembaga (sekolah) itu, kan ada pengenalan pada permainan fisik, semisal olahraga. Adit awalnya antusias, tetapi tidak beberapa lama ia kelihatan pucat. Sehingga saya hentikan dan panggil ibunya yang selalu menyertainya. Saya sarankan untuk periksa,” ujarnya.
Di sekolah, Adit senang bergaul dengan teman-teman. Adit juga aktif mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru. “Nilainya bagus, anaknya aktif dan periang. Dia kalau ditanya pengen jadi apa? Jawabannya pasti dokter,” tutur Amina.
Penyakit Tetralogy of Fallot (TOF) ini, menyebabkan kondisi fisik penderita menjadi cepat capek. Serta berat badannya susah naiknya. Adit sampai saat ini menjalani terus berjuang pulih, berobat selain operasi pelebaran pembuluh darah. (saw/saw)