“Menjadi muslimah itu sangat luar biasa, ketika dapat memaksimalkan potensi diri serta berani dan percaya diri, maka dunia bisa digenggam,”
Laporan: Ardiana Putri
MENJADI seorang muslimah, merupakan kebanggaan tersendiri bagi Mayasari. Pebisnis asal Gempol, Kabupaten Pasuruan ini kini telah sukses menjadi General Manajer Tupperware Pasuruan. Sebanyak 200 perempuan dalam tim asuhannya, telah berhasil mengikuti bisnis yang ia rintis.
Kesuksesan yang didapatkan pebisnis yang juga mantan jurnalis ini tentunya tak seperti membalikkan telapak tangan. Berjuta tetesan peluh selama berproses berbisnis di Tupperware telah ia rasakan.
“Awalnya saya memulai berbisnis itu untuk para perempuan lainnya yang ada di sekitar saya. Setidaknya ada perasaan yang mendorong saya agar bisa bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Mayasari.
Mantan Cak Yuk Pasuruan ini tak sungkan membagikan kisah jatuh bangunnya selama merintis bisnis. Sebelum berbisnis, awalnya Mayasari adalah seorang jurnalis. Pada suatu waktu, perempuan dua anak ini mengalami pergolakan batin yang amat sangat.
“Karena pada saat itu saya sudah punya anak, saya merasa harus meluangkan lebih banyak waktu saya untuk keluarga,” imbuhnya.
Pada titik waktu lain, sebuah rezeki tak terduga menghampirinya. Mayasari pernah mengikuti sebuah kompetisi menulis, dan menang mendapatkan hadiah umrah ke tanah suci Makkah.
“Di sana saya meminta kepada Tuhan untuk memberikan apa yang terbaik untuk saya dan keluarga. Tuhan memberikan saya jawaban. Akhirnya di penghujung tahun 2014 saya memutuskan untuk berhenti menjadi jurnalis dan fokus untuk keluarga,” ujar Maya terlihat berkaca-kaca.
Sejak saat itu, Mayasari semakin membulatkan tekad untuk berbisnis. Saat awal mulai merintis bisnis ini, banyak gunjingan yang ia terima. Nyinyiran orang-orang berlalu-lalang di telinganya. Bahkan gunjingan yang sangat menohokpun pernah diterimanya.
“Sudah kuliah tinggi-tinggi tapi kok ujungnya hanya jualan plastik,” kata Maya menirukan nyiyiran yang diterimanya beberapa tahun lalu.
Namun ia tak pernah menggubris. Baginya, hal itu semakin menyulutkan semangat dalam dirinya. Ia santai saja menanggapi gunjingan-gunjingan yang didengar. Hanya dengan sunggingan senyum.
Berjalan 5 tahun, Mayasari menikmati hasil jerih payahnya. Ia didapuk menjadi seorang grup manajer Tupperware. Ia sangat bangga dengan pencapaiannya itu lantaran sudah bisa bermanfaat untuk 200 perempuan lainnya. Bahkan Mayasari berhasil mendapat reward, jalan-jalan ke Melbourn, Australia.
Bagi ibu alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini, perempuan harus produktif dan mandiri. Setidaknya, menjadi perempuan harus membantu meringankan beban suami dalam urusan ekonomi keluarga.
“Kerja sama dalam rumah tangga itu diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk dalam hal ekonomi,” ujarnya.
Ia pun pernah terpuruk saat berbisnis. Pernah mendapat leader yang dapat dibilang tidak amanah, sering ditolak saat mengirim undangan untuk demo masak. Tapi dari situ, mentalnya ditempa untuk lebih siap menghadapi segala situasi di lapangan.
Ia juga mengakui, jika awalnya sempat keketeran untuk membagi waktu antara bisnis dan keluarga. Namun ia tak tinggal diam, berusaha untuk mempelajari bagaimana cara memanajemen waktunya melalui berbagi training yang diikuti di internet.
“Dalam 24 jam sehari, harus pintar-pintar untuk membagi waktu biar produktif,” imbuh sang mantan jurnalis ini.
Tak lupa, ia berbagi tips untuk para perempuan agar lebih produktif. Apalagi berkaitan dengan momen lebaran, pastinya banyak sekali yang bisa dilakukan. Ia pun menceritakan, saat jadi jurnalis dulu pernah berjualan sarung dan keuntungannya sangat luar biasa.