Probolinggo (wartabromo.com) – Tahun ajaran baru nanti, dipastikan ada yang berbeda. Sebab, mereka akan mengenakan batik lokal produksi perajin setempat. Selain menumbuhkembangkan karya seni batik, juga diharapkan memacu ekonomi warga.
Kepastian itu, seiring dengan dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari, Tentang Himbauan Penggunaan Pakaian Seragam Khas Batik Pelajar Kabupaten Probolinggo. SE dengan Nomor : 420/0145/426.101/2019 tertanggal 21 Maret 2019 ini, memuat kebijakan seragam bagi peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA Negeri dan Swasta di Kabupaten Probolinggo. Kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2019/2020 mendatang. Dikenakan pada hari Rabu dan/atau Kamis.
“SE terkait himbauan penggunaan pakaian seragam khas batik pelajar ini adalah dalam rangka menumbuhkembangkan karya seni batik Kabupaten Probolinggo. Serta membangkitkan kecintaan dan kebanggaan terhadap produksi daerah sejak dini. SE ini selaras dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat, Dewi Korina, Selasa (9/4/2019).
Dalam SE tersebut disebutkan bahwa motif dan model pakaian seragam khas sekolah berupa batik pelajar Kabupaten Probolinggo sudah ditentukan. Batik lokal ini, didesain Saiful Rizal, perjain batik Prabulinggih asal Desa Bulujaran, Kecamatan Tegalsiwalan. Produksi pakaian seragam khas sekolah dikoordinasikan oleh Adikarya Pengrajin Batik Bordir dan Asesoris (APBBA).
Pengadaan pakaian seragam khas sekolah ini diusahakan sendiri oleh orang tua/wali peserta didik. Dalam pelaksanaanya dapat bekerjasama dengan Komite Sekolah dan Paguyuban orang tua/wali peserta didik. Untuk seragam batik SD Rp 75 ribu, sementara untuk siswa SLTP dan SLTA Rp 85 ribu.
“Kami sudah bekerja sama dengan APBBA untuk persiapan pengadaan batik sekolah/batik cap dengan harga yang dapat terjangkau oleh wali murid. Ada sekitar 15 IKM batik yang siap, kami ajak kerja sama. Model seragam bukan hanya dibuat 2 macam yaitu untuk seragam laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga ada seragam muslim dengan lengan panjang dan juga seragam pada umumnya,” terang Dewi.
Dewi menerangkan jumlah seragam batik yang akan dikenakan siswa sebanyak 48.943 lembar. Para siswa yang mengenakan adalah SD/MI kelas I, SMP/MTs kelas VII dan SMA/SMK/MA kelas X. Rinciannya, SD sebanyak 13.015 siswa, MI 6.585 siswa, SMP 6.688 siswa, MTs 8.173 siswa, SMA/SMK 9.047 siswa dan MA 5.435 siswa.
“Seragam batik tingkat SD dirancang berwarna merah, tingkat SMP berwarna biru dan tingkat SMA berwarna abu-abu,” pungkasnya.
Tentu saja, SE ini disambut baik oleh para perajin batik. Selain membuat siswa cinta batik, juga membantu perkembangan batik sendiri.
“Tentu saja kami menyambut baik adanya SE ini. Akan semakin memotivasi perajin batik. Untuk sementara kami belum memproduksinya, masih menunggu pesanan. Kan SE-nya baru dikeluarkan,” kata Mahrus, ketua APBBA. (saw/saw)