Probolinggo (wartabromo.com) – Dua kakak-beradik di Kota Probolinggo putus sekolah lantaran tak memiliki biaya. Siswa sekolah dasar (SD) ini, tidak tercakup dalam program pendidikan gratis yang dicanangkan dan dijalankan wali Kota Probilinggo Hadi Zainal Abidin.
Keduanya adalah Aprilia (11) dan Novalia (8) yang merupakan putri pasangan Titik Jayanti (32) dan Beny Setyobudi. Keluarga ini tinggal di Jalan Mayjen Hariyono Gang 10 RT 8 RW 5 Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan.
Titik Jayanti membenarkan jika kedua putrinya putus sekolah. Sebab, penghasilannya sebagai buruh cuci pakaian tak mampu mempunyai biaya sekolah putrinya.
“Tak memiliki biaya dan sering pindah-pindah tempat tinggal,” ujarnya, Jumat (8/3/2019).
Meski hidupnya susah secara ekonomi, Titik bertekad tetap menyekolahkan anaknya. Selain anak bungsunya sudah bisa ditinggal dan bermain sendiri, ia mendengar sekolah tanpa dipungut biaya sama sekali alias gratis. Niatan tersebut akan diwujudkan saat tahun ajaran baru nanti.
“Kalau memang gratis, ya kami sekolahkan. Biar anak saya seperti anak-anak yang lain,” imbuhnya.
Titik menuturkan sebenarnya keduanya anaknya itu sempat sekolah. Aprilia, anak pertamanya, pernah mengenyam pendidikan di SDN Jati 4 dan SDN Triwung Kidul. Novalia, putri keduanya, putus sekolah saat kelas 2 di MI Assulthoniyah, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan. Sedang putri ketiganya Novilia (5) memang belum sekolah.
Aprilia putus sekolah karena kesehariannya merawat sekaligus menemani adiknya. Rupanya jejak Aprilia diikuti oleh anak keduanya. Mereka terpaksa mengasuk adiknya karena Titik sendiri jarang di rumah karena mencari nafkah untuk biaya tiga putri. Serta ibunya (Orang tuanya) Jumaiyah yang sakit lambung.
Di sisi lain, Beny, suaminya tidak pernah memberi belanja. Beny yang bekerja sebagai sopir bus antar kota dalam provinsi (AKDP), sudah 4 tahun menghilang. Selama itu pula, Ia tidak pernah menjenguk 3 buah hatinya.
Sebelumnya, Titik tinggal di Kelurahan Triwung Kidul, ikut suaminya. Menjelang hari raya tahun lalu, ia pindah sekaligus merawat dan menjaga Jumaiyah, ibunya.
Titik mengaku pernah menemui suaminya yang kini hidup dengan perempuan lain di Jember.
“Saya ngomong ke pak RT sana, kalau saya istri sahnya. Kata pak RT-nya kawin sirri,” ujarnya,
Untuk membiayai hidup keluarganya, Titik seringkali membantu tetangga mencuci dan bersih-bersih dan tinggal di rumah ibunya di Kalurahan Jati.
“Ya cukup untuk makan. Kami kadang diberi makanan,” tambahnya. (fng/saw)