Lulu dan Nana

1033
“Ia sudah menguasai masalah biologi. Sel. Gen. Dan sifat-sifatnya. Juga sudah mengetahui mengapa orang kena penyakit. Mengapa orang bisa gila. Mengapa orang bisa jadi laki-laki. Atau jadi perempuan. Atau jadi setengah-setengah.  He Jian Kui akan memisah-misahkan sel itu. Yang mengandung unsur-unsur negatif dipotong. Atau dibuang.”

Oleh : Dahlan Iskan

DOKTOR peneliti ini dipecat dari universitasnya. Yang ia teliti memang super sensitif. Dan pertama di dunia: mengedit gen calon manusia.

Tujuannya baik: agar saat dilahirkan bayi manusia itu sehat. Tidak membawa warisan penyakit apa pun. Benih-benih penyakit dipotong. Yang ada di gen calon bayi itu. Gennya diedit. Dibuang yang jelek. Dipilih yang baik-baik saja. Baru dijadikan bayi.

Dari ujicoba ini akan lahir generasi unggul: sehat, pintar, panjang umur.
Saya terus mengikuti perkembangan uji coba itu. Sebagai orang yang sudah lebih 8 kali melakukan stem cell saya sangat tertarik padanya.

Apalagi tahap uji coba ini sudah amat jauh. Bahkan bayinya sudah lahir. Kembar.
Karena itu sang peneliti sudah berani mengumumkan hasilnya.

Heboh.

Pro-kontra mendunia.

Peneliti itu menjadi sangat terkenal.

Namanya: He Jian Kui. Umur 34 tahun.

Universitasnya: Southern University of Science and Technology. Di kota Shenzhen. Tidak jauh dari perbatasan Hong Kong. Kalau Anda naik mobil dari Hong Kong ke Shenzhen akan lewat dekat universitas ini.

He Jian Kui lahir di Xinhua, Hunan. Menjadi sarjana di universitas tersebut. Di bidang fisika biologi. Lalu meraih gelar doktor (PhD) di Texas, Amerika Serikat. Di sebuah universitas riset di Houston. Di bawah asuhan Profesor Michael W. Deem.

Nama kampusnya: Rice University. Tapi tidak ada hubungannya dengan pengembangan padi. Atau beras. Itu nama belakang pengusaha besar real estate. Yang meninggal bersama cita-citanya: menyerahkan seluruh hartanya untuk mendirikan universitas riset.

Tapi, Rice meninggal terlalu cepat. Tanpa istri dan anak. Pembantunya yang menemukannya. Sudah dalam keadaan meninggal di tempat tidurnya. Pagi hari. September tahun 1900.

Penyebabnya juga terlalu cepat terungkap: dibunuh. Umur 84 tahun. Oleh pembantunya itu. Dengan menghirupkan kimia di saat tidurnya. Ada orang yang menyuruhnya: orang New York. Pengacara pribadinya.

Ketahuannya sepele: tidak lama setelah Rice meninggal si pengacara mencairkan cek. Dalam jumlah yang amat-amat besar.

Bank curiga. Ada kesalahan dalam menuliskan nama.

Ternyata sang pengacara memalsukan pula wasiat warisnya. Untuk dirinya.
Akhirnya semua warisan itu untuk mendirikan universitas tersebut. Dengan kekhususan sebagai universitas riset. Yang kini terunggul di dunia. Di bidang nano, ruang angkasa, gen, jantung buatan, dan banyak lagi.

Salah satu wasiat Rice dulu: Universitas itu hanya boleh menerima mahasiswa kulit putih.

100 tahun kemudian He Jian Kui diterima di situ.

Setelah meraih doktor He Jian Kui bekerja di Stanford University. Tidak jauh dari San Fransisco.

Saat itu Tiongkok mulai meluncurkan program “seribu bakat pulang kampung”. Ahli-ahli di berbagai bidang ditawari pulang. Dengan banyak insentif. Bukan hanya gaji dan fasilitas. Pun termasuk dibangunkan lab yang mereka inginkan.

Juga diberi modal Rp 2 miliar. Untuk memulai usaha. Berdasar hasil risetnya.
He Jian Kui ikut program itu. Kembali ke almamaternya. Yang di Shenzhen itu.
Di situlah He Jian Kui memulai langkahnya: jadi editor gen manusia.

Ia sudah menguasai masalah biologi. Sel. Gen. Dan sifat-sifatnya. Juga sudah mengetahui mengapa orang kena penyakit. Mengapa orang bisa gila. Mengapa orang bisa jadi laki-laki. Atau jadi perempuan. Atau jadi setengah-setengah.
He Jian Kui akan memisah-misahkan sel itu. Yang mengandung unsur-unsur negatif dipotong. Atau dibuang.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.