Pohon bambu cukup mudah ditemukan di Desa Gunung Geni, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo. Oleh Ibu-ibu rumah tangga (IRT), batang beruas ini, dijadikan aneka kerajinan anyaman bambu. Penjualan kerajinan itu, mampu menopang perekonomian keluarga.
Laporan : Muhamad Choirul Efendi
MENGINTIP keseharian ibu-ibu rumah tangga di RT 6 RW2 Dusun Sumur Paeng, Desa Gunung Geni. Pada saat senggang, mereka menganyam bilah bambu buluh atau bambu tali. Di tangan terampil tersebut, bambu dikembangkan sebagai produk lain yang diminati pasar. Seperti tudung saji, tempat tisu, tempat sampah, kap lampu, topi dan aneka pajangan berbagai berbentuk. Aneka anyaman bambu itu, dijual dengan kisaran harga dari Rp 15 ribu – Rp 125 ribu.
“Di sekitar sini kan banyak bambu, namun tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga ketika mendapat pelatihan mengayam bambu untuk dijadikan kerajinan, kami sangat antusias. Ternyata setelah dijual, hasilnya lumayan untuk menambah penghasilan keluarga. Apalagi pengerjaannya, di waktu kami senggang. Sehingga tidak mengganggu waktu untuk aktiviitas rumah tangga,” tutur Siti Nur Holifah, salah satu warga.
Berbagai produk kerajinan dari anyaman bambu itu hasil Ibu Rumah Tangga (IRT) tergabung dalam Kansa Craft yang dipimpin Marem Sri Kinasih. Ada sekitar 20 IRT yang tergabung di dalamnya. Mereka pada awalnya mendapat pelatihan dari Miskadi (50), selaku Kaur Pemerintahan Desa Gunung Geni, sejak pada 2016 lalu. Skill mereka semakin terlatih, setelah mendapat pendampingan dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kraksaan.
Untuk saat ini, pemasaran aneka produk anyaman ini, masih sebatas menyasar konsumen lokal saja. Sistem pemasarannya pun cukup sederhana, hanya dengan mengikuti beberapa pameran dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo sebagai fasilitatornya. Selain menggunakan media sosial, sebagai sarana promosi produk.
Saat ini, kapasitas produksi kelompok ini baru sekitar 7-10 item per minggunya.
“Terus terang pesanan banyak, namun tidak tergarap maksimal karena tingkat produksi. Selain itu, kami juga terkendala dengan pasokan pewarna dan pemutih bambu yang masih harus dibeli di Banyuwangi, karena di Probolinggo sendiri belum tersedia,” kata ibu satu anak ini.
Ada dukungan dari Pemerintah Desa (Pemdes) setempat dengan menggelontorkan Dana Desa (DD). Baik untuk peningkatan kapasitas, berupa pelatihan-pelatihan. Maupun dengan penyertaan modal melalui BUMDes.
“Ini ada dua kemungkinan, yakni dimasukkan dalam BUMDes atau kelompok perempuan. Namun, itu bisa kami lakukan setelah, mereka tidak mendapat pendampingan dari SKB. Yang pasti Pemdes sangat mendukung, karena bisa meningkatkan kapasitas ibu-ibu rumah tangga. Yang juga mendorong tumbuhnya perekonomian yang kuat,” kata Kepala Desa Gunung Geni, Muhamad Aly.
Syamsul Arifin, selaku ketua Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID), menuturkan keterampilan para IRT itu muncul, ketika pihaknya turun ke desa. Yang mana, TPID sendiri bertugas untuk memunculkan potensi-potensi yang ada dengan melakukan pendampingan melalui penggunaan dana desa (DD). Baik potensi wisata, kerajinan dan sektor lainnya, untuk menggerakkan perekonomian desa.
“Kerajinan kriya bambu ini membentuk wirausaha baru yang mandiri. Yakni dengan memanfaatkan bambu menjadi barang yang berkah. Ia berharap para wirausaha baru memiliki bekal ketrampilan dan mampu meningkatkan pendapatan serta meningkatkan perekonomian keluarganya. Dengan demikian, usaha yang dijalaninya tentunya akan menambah pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya. (*)