Energi Baik, Gas Bumi Makin Dilirik

1505
Sebagai energi baik, keberadaan gas bumi mulai banyak dilirik. Sejumlah industri di Pasuruan pun mulai beralih menggunakan gas bumi.

Laporan: M. As’ad Asnawi

SEJUMLAH pekerja terlihat sibuk, akhir Oktober 2018 lalu. Terik matahari yang terasa begitu menyengat hingga mencapai 34 derajat celcius seolah tak mengendurkan semangat mereka untuk menyelesaikan tugas menyambung pipa induk distribusi gas di Jalan A. Yani, Kota Pasuruan.

Hal serupa juga tersaji di gang sempit di Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo. Di lokasi yang merupakan kawasan padat penduduk ini, beberapa pekerja juga tak kalah sibuknya. Dengan menggunakan mesin gerinda, satu persatu pipa berwarna kuning itu dipotong. Menyesuaikan dengan jarak pipa distribusi ke rumah warga.

Pemandangan tersebut terlihat dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu menyusul dilaksanakannya proyek pembangunan jaringan gas (jargas) bumi oleh Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) untuk ribuan warga di Kota Pasuruan. Oleh para pekerja itu, jalur-jalur pipa distribusi ditanam di sejumlah ruas jalan yang menjadi sasaran penerima program.

Bukan hanya Pasuruan Kota. Secara nasional, ada 15 kota/kabupaten lain yang menerima program yang sama. Seperti Kota Probolinggo, Deli Serdang, Bogor, Cirebon, Bontang, Prabumulih, Medan, dan beberapa kota/kabupaten lain di Indonesia yang seluruh pembiayaannya ditanggung APBN. Jumlahnya, sekitar 78 ribu sambungan rumah.

Menjelang dimulainya proyek ini, Agung Kuswardono, kepala Pelaksana Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas Dirjen Migas Kementerian ESDM mengatakan, proyek jargas ini merupakan program prioritas pemerintah dalam rangka penyediaan energi yang bersih dan murah. “Pemerintah membangun jaringan infrastruktur jaringan gas untuk rumah tangga karena memang lebih ekonomis,” katanya saat sosialisasi di Kota Pasuruan, Maret 2018 silam.

Ada banyak keuntungan yang menurut Agung bisa didapat dari penggunaan gas ini. Bahkan, dibanding gas kemasan seperti elpiji, penghematan bisa dilakukan hingga 25-50 persen. Begitu juga soal keamanan. Menggunakan gas bumi, dikatakannya lebih aman karena tekannya lebih rendah.

“Tekanan gas alam ini lebih rendah. Untuk elpiji, berat jenisnya 4 bar lebih. Sedangkan gas bumi ini, hanya 0,2 sekian. Karena tekanan yang rendah itu pula, ketika terjadi kebocoran, akan langsung menguap ke udara sehingga risiko terjadinya ledakan cukup kecil,” jelasnya.

Slamet Daorini, ketua RT 7/RW 7 Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan adalah contoh salah satu warga yang merasakan keuntungan dari menggunakan jargas ini. Tiga tahun menggunakan gas yang disalurkan dari pipa PGN ini, setidaknya ia bisa lebih hemat hampir 50 persen dibanding saat masih menggunakan gas elpiji.

Dikatakannya, saat ini, harga tabung elpiji yang ukuran 3 kilogram sekitar Rp 19.500 setiap kemasan. Atau, Rp 6 ribu lebih setiap kilonya. Dengan rerata per bulan menghabiskan 2-3 tabung, itu berarti ia menghabiskan Rp 39.000-58.500 per setiap bulannya. Kini, setelah menggunakan gas PGN, rerata ia hanya mengeluarkan Rp 30 ribu dengan harga per meter kubiknya tak sampai Rp 3 ribu.

Imas, pemilik warung di RT 6 kelurahan yang sama adalah contoh lain warga yang merasakan keuntungan dari konversi energi gas bumi. Dengan harga per kubik yang di bawah Rp 3 ribu, perempuan 39 tahun ini pun mengaku lebih hemat ketimbang memakai gas elpiji.

Agus Musthofa, Sales Head Area PGN Pasuruan-Probolinggo mengatakan, dari sisi ekonomi, penggunaan gas bumi memang lebih efisien ketimbang elpiji. Hal itu karena harganya yang memang lebih murah. “Selain itu, dari sisi safety, juga lebih aman karena berat jenisnya yang lebih rendah daripada jenis gas yang lain,” jelasnya.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.