Probolinggo (wartabromo.com) – Pemborong proyek RTLH di Kota Probolinggo membantah melalaikan pekerjaannya. Tidak tuntasnya pekerjaan itu, karena masih menunggu pintu kayu kering terlebih dahulu.
Daryatik, selaku pemborong, mengatakan tidak dipasangnya daun pintu dan jendela di rumah pasutri Rumyati dan Sunardi, karena masih menunggu kusen (rangka kayu) kering. Pihaknya tidak mau mengambil resiko, jika memasang kusen dalam keadaan basah. Walaupun sudah lewat dua pekan dari waktu pengerjaan terakhir.
“Khawatir mulet (memuai, red). Harus menunggu kering dulu. Tidak ditinggal, kami pun tidak berani meninggalkannya begitu saja karena urusannya dengan BPK,” dalihnya, saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler, Rabu (13/11/2018).
Sementara untuk rumah Seneri, wanita yang akrab dipanggil Yetik ini, menyebut ada kesalah pahaman. Menurutnya, saat itu pemilik rumah langsung membongkar sendiri atapnya. Sementara yang didanai dari proyek RTLH itu, hanya cukup untuk bangunan yang sudah berdiri sekarang. Kekurangannya, menurut Yeti, merupakan wewenang LPM, untuk mencarikan kekurangannya. “Jika semua dilimpahkan pada saya, ya rugi,” kata Yetik.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Probolinggo, Agus Hartadi menyebut, dengan dana Rp. 15 juta rupiah itu, perencanaannya harusnya sudah disampaikan pada pemilik. Sebab, dana itu sendiri merupakan pancingan atau stimulan. Untuk pembangunan itu, butuh peran aktif dari pemilik.
“Mestinya dari dana itu sudah di perhitungkan, sampai seberapa cukupnya. Jadi perlu diketahui dulu, siapa yang membongkar bangunan secara keseluruhan, pemilknya apa pemborongnya,” kata Agus.
Untuk itu, pihaknya akan melakukan pengecekan lagi. Serta koordinasi dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kontraktor. Disinggung soal sanksi yang diberikan pada kontraktor jika ada kecurangan, mantan Kepala DPPKA itu menyebut akan melakukan koordinasi dulu. “Jangan terburu buru dulu, yang penting bagaimana proyek ini bisa bermanfaat dahulu,” ujarnya kemudian. (lai/saw)