Pasuruan (wartabromo.com) – Sebuah robot mobil buatan siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Pasuruan berhasil menyelamatkan korban bencana. Robot ini pun mendapat juara dalam kategori best points dalam ajang Robotics Competition 2018 di Depok Town Square.
Dikutip dari kumparan, mobil bernama Rampas ini dibuat oleh Taufikul Hakim. Rampas merupakan mobil penyelamat yang memiliki misi untuk menyelamatkan korban bencana, sesuai dengan konsep yang telah digagas oleh penyelenggara kompetisi.
“Jadi ini misalkan di suatu kota, ada bencana, ini ada korban di suatu rumah. Robotnya kita harus program untuk mencari korban ini melalui jalan-jalan (garis hitam).Kalau sudah sampai rumah, dia (mobil) mengambil korbannya (berupa bola kuning), ditempatkan di zona aman. Tugas akhirnya seperti itu,” ujar Hasan Basri, salah satu tim pengawas lomba robotik kategori Rescue Robot Mobile tingkat Aliyah.
Puluhan tim robotik diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mobil yang dibuatnya. Dari sekitar 20 tim, hampir semua mobil terhenti di tengah jalan. Ada yang keluar dari jalur, lalu menabrak rintangan, hingga jatuh saat melewati jembatan, meski sudah diberi kesempatan untuk mencoba lagi.
Rampas adalah pengecualian. Robot dari MAN 1 Pasuruan itu akhirnya mampu membawa korban (bola kuning) ke zona aman, setelah sempat terjatuh. Taufik dan rekan tim, akhirnya bisa bernapas lega.
Taufik mengaku harus melakukan survey sebanyak-banyaknya, untuk mendapatkan mobil sesuai dengan misi yang dicapai, diantaranya sensor yang dibutuhkan. Meski begitu, waktu pengerjaan mobil penyelamat ini terbilang singkat. Mobil yang sudah jadi membuat pengerjaan program dan modifikasi hanya membutuhkan waktu seminggu.
“Dari pertama itu, hari Sabtu (27/10), kita masih observasi sama sensor-sensornya. Hari ketiga itu kita rombak penuh (rancangannya) karena ada yang jelek. Terus hari keempat itu mulai memprogram bagaimana (algoritma) yang paling maksimal. Sampai tadi malam (3/11) baru selesai,” akunya.
Sementara itu, modal untuk membuat mobil penyelamat ini juga terbilang cukup banyak. Taufik dan rekannya tak kesulitan biaya, meski tim robotik bukan bagian ekstrakurikuler di MAN 1 Pasuruan.
“Kalau sensor inframerah ini sekitar Rp 85 ribu, terus sensor US itu Rp 25 ribu. Ini kalau satu paket, Rp 550 ribu untuk servonya aja. Ini kalau (mobilnya) sampai jadi bisa sampai satu juta lebih. Dapet dari Kemenag, dibiayainya,” pungkasnya. (may/ono)