Pasuruan (wartabromo.com) – Sebanyak 199 desa di Jawa Timur mengalami krisis air bersih secara permanen. Desa-desa itu, termasuk dari 423 desa tersebar di 29 kabupaten/kota Jawa Timur, yang tercatat sebagai daerah terdampak kekeringan.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo (Pakde karwo), usai serah terima Bupati Pasuruan dari Abd Hamid kepada M Irsyad Yusuf di DPRD Kabupaten Pasuruan kemarin mengakui, pihaknya hingga menjelang akhir 2018 ini, masih belum dapat menuntaskan kekeringan di 199 desa tersebut.
Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jawa Timur berupaya mengatasinya dengan menggunakan sejumlah cara. Mulai dengan distribusi air bersih bersama pemerintah daerah beserta pihak yang lain, maupun upaya-upaya lain bersifat permanen.
Setidaknya, menurut gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu, sudah ada 224 desa mendapat penanganan berupa pembuatan sumur-sumur air, untuk mengangkat air bawah tanah (ABT) ke permukaan.
“Kami berupaya mengatasinya secara permanen. Dari sebanyak 423 desa itu, yang 224 desa bisa diselesaikan tahun ini,” kata Pakde Karwo.
Upaya penyelesaian secara permanen di 224 desa itu, Pemprov Jatim telah menentukan target, selesai pada tahun 2018 ini.
Namun, krisis air bersih di 199 desa, sepertinya masih harus terjadi, bahkan bisa dibilang mengalami kekeringan permanen. Pakde Karwo mengakui, hingga kini pihaknya masih belum bisa menyelesaikannya.
“199 desa itu belum bisa diselesaikan tahun ini, tidak bisa diselesaikan. Karena desa-desa itu benar-benar tidak memiliki cadangan ABT, tidak ada air sama sekali di bawahnya, seperti di Camplong Pamekasan,” terang Pakde.
Selanjutnya, gubernur yang terkenal dengan kacamata bulat itu, masih melakukan penyusunan serangkaian rencana hingga kebutuhan anggaran, mengatasi kekeringan dan krisis air bersih permanen di 199 desa itu.
“Rencananya dibuatkan semacam betonan untuk penampungan air, selanjutnya akan disuplai terus menerus oleh pemerintah daerah setempat. Tidak ada cara lain lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, sejumlah warga mengaku sejak 2016, Pemprov Jatim telah membuat sumur-sumur untuk mendapatkan air bawah tanah. Namun, banyak pompa-pompa air untuk mengangkat air ke permukaan, sudah mulai rusak.
“Tapi sayangnya cepat rusak, terutama mesin pompanya, hingga air tidak bisa keluar lagi. Padahal dibuat kurang dari 1 tahun,” ujar Abdul Majid, warga Kejayan Kabupaten Pasuruan. (hrj/ono)