Probolinggo (wartabromo.com) – Petambak garam di Kabupaten Probolinggo belum menikmati lezatnya harga garam di musim panen tahun ini. Sebab, harga garam di pasaran rendah meski kualitas garam sangat bagus.
Saat ini, harga garam diterima petambak hanya sebesar Rp 1.000 per kilogram. Harga ini oleh petambak garam dinilai sangat tidak sesuai dengan nilai keekonomian garam. Petambak menilai saat ini cuaca cukup mendukung, sehingga kualitas garam terbilang baik. Sayang, kualitas itu tak berbanding lurus dengan harganya.
Petani berharap setiap kilogram garam yang diproduksi dihargai diatas Rp 1.500. Dari perhitungan harga tersebut, dikatakan dapat membuat petani sumringah.
“Jika kualitas barang itu semakin bagus, biasanya harganya juga akan bagus. Tapi itu tidak pada garam, meskipun kualitas bagus, lantaran didukung oleh kemarau seperti sekarang, namun harganya tidak ikutan membaik. Sudah dua bulanan harganya stagnan,” tutur Andi Sirajudin, petambak garam asal Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Sabtu (8/9/2018).
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Suparyono, petambak garam asal Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan. Ia menduga stagnasi harga rendah garam dipengaruhi oleh sistem retur (pengembalian) oleh pabrikan garam. Diketahui, sejak Agustus 2018 lalu, pabrik garam menerapkan retur garam milik petambak. Untuk itu petambak berpindah ke pabrik lain, yang mulanya dikirim ke pabrik garam Pasuruan, kali ini dikirim ke pabrik garam di wilayah Jember.
“Sebelumnya, para petambak di sini terkena imbas returan garam dari pabrik Pasuruan terhadap garam asal Madura. Makanya kami langsung mengalihkan ke Jember dan Banyuwangi untuk menghindari sistem retur,” ungkap Suparyono.
Namun upaya itu, menurut Suparyono tidak banyak menolong petambak, karena tak ada perubahan harga. “Kami sendiri memperkirakan pada Sepetember ini, harga garam akan bagus. Sebab didukung kualitas yang baik. Nyatanya belum menunjukkan perubahan,” kata Ketua Kelompok Petambak Garam Kalibuntu Sejahtera ini. (cho/saw)