Pasuruan (wartabromo.com) – Nelayan Pasuruan mendapat jatah 600 Surat Ketrampilan dan Kecakapan (SKK) melaut dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun, sampai saat ini, belum satupun nelayan memanfaatkan kuota gratis ‘SIM’ melaut itu.
Kabid Kenelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Alamsyah Suprijadi mengatakan, SKK dibutuhkan karena nelayan merupakan salah satu pekerjaan dengan resiko tinggi.
“Memang harus dibekali terkait teknik melaut dan keselamatan kerjanya,” kata Alamsyah kemarin.
Dari yang ia ketahui, Kemenhub tahun ini memberikan kuota gratis, selain Kabupaten Pasuruan juga diberikan kepada nelayan Probolinggo, Malang dan Tulungagung.
Hanya saja, meski sudah diberikan kuota agar bisa ikut secara gratis, nelayan di Kabupaten Pasuruan masih belum tertarik untuk mengikuti Pelatihan SKK melaut.
“Hingga akhir Agustus lalu, tidak ada satu pun nelayan di Kabupaten Pasuruan yang berminat untuk mengikuti pelatihan. Padahal nantinya para nelayan akan menerima SIM untuk melaut termasuk bekerja di laut lepas,” terangnya.
Diakuinya, pekerjaan nelayan lebih banyak dari turunan orangtua dan ilmu yang diterapkan cenderung otodidak. Rencana kedepan, nelayan diharuskan memiliki SIM melaut atau SKK ini. Sehingga secara bertahap, Kementrian Perhubungan memberikan kuota pelatihan secara gratis.
Upaya sosialisasi dari Dinas Perikanan disebutnya juga sudah dilakukan, baik langsung kepada nelayan ataupun kelompok nelayan. Alamsyah menilai, tidak adanya ketertarikan untuk membuat SIM melaut ini, selain merasa masih belum butuh, juga karena nelayan harus mengikuti pelatihan hingga satu minggu.
“Karena cukup lama, sehingga nelayan masih mikir-mikir juga. Kalau keluarga ditinggal seminggu dan tidak melaut nanti makan apa keluarganya,” ungkapnya.
Dengan sisa waktu sampai akhir tahun ini, Dinas Perikanan masih mengupayakan agar ada nelayan yang mau memanfaatkan kuota gratis ini.
“Kita akan melakukan pendekatan lagi kepada nelayan supaya mereka tertarik untuk mengikuti pelatihan SKK ini,” pungkasnya. (mil/ono)