Probolinggo (wartabromo.com) – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Bromo, melalap sekitar 600 hektar. Luasnya areal yang terbakar, mengancam kelestarian flora dan fauna di sekitar kawasan Bromo.
Sebelumnya, ratusan personel gabungan dari Polres Probolinggo, TNI, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Pemkab Probolinggo dan sejumlah relawan, melakukan penyisiran, mencari kemungkinan terdapat titik api baru. Namun, dalam penyisiran itu tak ditemukan bara atau titik api yang bisa menyebabkan kebakaran.
Menurut Kepala Resor Lautan Pasir TNBTS, Subur, kebakaran yang terjadi selama 3 hari itu, setidaknya melalap 600 hektar lahan. Namun, untuk kepastiannya, ia mengaku masih menunggu hasil pantauan citra satelit. “Mungkin belum ribuan, mungkin sekitar enam ratus,” tutur Subur saat ditemui di lokasi kebakaran.
Subur mengungkapkan, dengan luasnya lahan yang terbakar itu, TNBTS khawatir dengan keberlangsungan ekosistem Bromo. Sebab, sebagai kawasan konservasi alam, wilayah itu dihuni berbagai macam satwa (fauna) liar. Tak hanya satwa, tumbuhan (flora) khas Bromo juga terancam musnah, seperti edelweiss atau bunga abadi.
“Yang terdampak kebakaran ini adalah semak belukar. Kedua, berupa tegakan cemara dan akasia. Ketiga, adalah fauna, reptil kecil, burung, kijang, musang dan lainnya, yang berhabitat di kawasan ini,” kata pria asal Sukapura ini.
Kebakaran di Kawasan Bromo, terjadi pada Sabtu (1/9/2018) yang dimulai dari Blok Pentungan Jemplang, Malang. Kemudian merambat dan membakar habis padang savana dan bukit teletubbies di wilayah Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Pada Senin (3/9/2018) sore, kobaran api baru bisa ditaklukkan. (fng/saw)