Probolinggo (wartabromo.com) – Seiring dengan perkembangan jaman, permainan-permainan tradisional mulai jarang dimainkan. Salah satunya permainan Egrang. Di era milenial ini, anak-anak di Kota Probolinggo, masih bermain Egrang.
Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Permainan ini, lazim dimainkan oleh anak-anal hingga orang dewasa. Tetapi di tengah maraknya permainan atau modern, terutama di gadget, permainan tradisional mulai banyak yang sudah terlupakan.
Permainan ini masih digemari oleh anak-anak Kota Probolinggo. Buktinya, sejumlah siswa sekolah dasar (SD) adu ketangkasan Egrang di stadion Banyuangga jalan Panjaitan Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, pada Senin (27/8/2018). Setidaknya ada 19 siswa yang adu ketangkasan memainkannya.
Egrang yang dipakai siswa berukuran panjang 2,5 meter. Untuk tempat pijakan kaki, dengan ketinggian 50 sentimeter dari tanah. Para pemain adu ketangkasan dengan menjadi tercepat dalam jarak sejauh 50 meter tanpa jatuh.
“Untuk belajar ini memang harus penuh kesabaran dan kemauan keras terutama mengatur keseimbangan tubuhnya. Kalau tidak seimbang maka secara otomatis pemain akan terjatuh,” tutur Muhammad Kevin Firmansyah (12), salah satu permainan Egrang.
Siswa SDN Kanigaran 1 ini, biasa memainkan Egrang setiap sore atau di waktu senggang di rumahnya. Perkenalannya dengan Egrang ternyata bukan di rumah, melainkan di sekolahnya tempat ia menimba ilmu.
“Belajar di sekolah main egrang. Kalau di rumah juga ada, dibuatkan sama bapak. Saat sore hari saya kerap kali bermain egrang bersama dengan teman bermain,” imbuhnya.
Koordinator pelaksana lomba olahraga tradisional Kota Probolinggo, Slamet Riyadi, menuturkan pemain harus bisa melaju dengan kecepatan tinggi disertai dengan skil untuk keseimbangan tubuhnya. Nantinya, pemenang lomba itu akan diberi hadiah pembinaan. Agar mereka tetap semangat bermain, mengasah skil dan berperan serta dalam pelestarian permainan tradisional.
“Selain menjaga kelestarian permainan tradisional, juga untuk meningkatkan skill siswa serta menanamkan kemandirian pada siswa melalui permainan ini. Dimana peserta harus fokus menjaga keseimbangan disaat berlari menuju garis finis,” kata Slamet. (fng/saw)