Prigen (wartabromo.com) – Susunan batu bata mirip potongan bangunan candi di lahan Dusun Kalongan Wetan, Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, jadi perhatian. Pemilik lahan, sempat beberapa kali menolak tawaran pembeli meski disodori harga berlipat.
Selasa (22/8/2018) siang itu, Prawoto terdiam, duduk di bawah pohon pisang di kebun miliknya. Tak jauh dari tempatnya berteduh, terlihat kerumunan warga, seperti penasaran melihat batu bata yang tersusun di atas permukaan tanah miliknya.
Beberapa saat kemudian, ia membuka percakapan dan mengatakan sudah tiga tahun terakhir telah bercocok tanam, sejak tanah seluas 250 meter itu dibeli.
Dulu, tanah ini ditebus seharga Rp 60 juta. Uang itu sebagian kecilnya merupakan dari tabungan hasil berjualan bakso keliling. Prawoto mulai menanami tiap bidang lahan, mulai lombok, timun, bawang prei, dan tomat. Total, sudah puluhan juta ia dapatkan dari penghasilan tambahan dari bercocok tanam.
“Tanahnya subur. Hasil dari kebun ini bisa saya gunakan mencukupi kebutuhan keluarga. Per bulan hasil panen bisa lebih dari Rp 1 juta,” ucapnya.
Suami dari Tramiasi ini mengaku pernah ditawari untuk melepas lahannya. Bahkan sudah dua kali, pertama ditawar Rp 80 juta dan kedua dihargai Rp 120 juta.
Ia menolak tawaran itu. Harga berlipat sampai dua kali itu tidak membuatnya tergiur, untuk melepasnya. Alasannya jelas. Kesuburan tanah itu sudah memberikan rejeki tambahan, lebih-lebih dibeli dari hasil keringat dan tabungannya, sehingga sampai kapan pun tidak akan pernah dijual.
“Saya bisa mendapatkan keuntungan dari sini. Makanya saya telaten untuk bercocok tanam di sini,” imbuh ayah dari Eko Rahman Arif tersebut.
Kini lahan kebun miliknya jadi perhatian, setelah menemukan susunan batu bata seperti potongan bangunan mirip candi pada Minggu (19/8/2018) lalu.
“Saat itu saya mau tanam bawang prei. Nah kok cangkulnya membentur benda keras. Saya cek, kok ada batu bata,” terangnya.
Ia sempat mengira hanya satu bata bata, ternyata masih banyak di bawahnya. Ia menghitung sudah 36 batu bata diambilnya dan diletakkan ke atas.
Iapun tak melanjutkan pekerjaan dan berlari pulang menceritakan temuan itu ke warga, hingga disarankan untuk melapor.
Baca juga: Lokasi Temuan “Candi” Diminta Tetap Steril
“Dulu saya pernah mimpi dua kali bahwa kebun ini seperti pasar, rame sekali. Rame orang yang datang, tapi masih sepi penjualnya. Kalau orang jawa bilang, mungkin ini pertanda kebun saya ini pasarnya,” ungkap Prawoto.
Kini, kebun miliknya jadi “terkenal”. Warga yang penasaran, terus berdatangan ke lahan Prawoto, untuk dapat melihat bentuk bata menyerupai susunan bangunan candi itu.
Temuan ini telah direspon oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, untuk diketahui kemungkinan susunan bata, apakah merupakan bangunan candi atau bangunan lain, yang bisa disebut sebagai cagar budaya. (man/ono)