Usia boleh renta, tetapi semangat tetap ada. Begitulah kata yang pas untuk mengambarkan sosok Soenarmo (85). Ia merupakan Pramuka tertua di Kota Probolinggo. Di usia senjanya itu, ia masih tampak sehat. Bahkan setiap ada kegiatan Pramuka di wilayah Kota Probolinggo, ia menyempatkan diri untuk hadir.
Oleh : Gufron Alamiri, Probolinggo.
PERKEMBANGAN Pramuka di Kota Probolinggo, tak lepas dari jasa Soemarno. Pria yang tinggal di Jalan Cempaka, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan tersebut, merupakan tokoh kepanduan di kota kelahirannya.
Kepada wartabromo.com, Soemarno mengaku perkenalan dirinya dengan Pramuka diawali ketika dirinya menjadi siswa Sekolah Rakyat (SR), setingkat Sekolah Dasar (SD) sekarang. Saat itu, namanya masih bernama Pandu Rakyat Indonesia (Pandu) dan belum bernama Pramuka (Praja Muda Karana).
Dalam kepanduan hingga berubah nama Pramuka pada 1961, ia sudah banyak makan asam garam. Kegiatan dan pelatihan, baik di wilayah kota, Jawa Timur, juga di pulau Jawa, bahkan di luar Jawa pernah diikuti. Sayang, Soenarmo yang sudah memiliki 7 cucu dari 5 anaknya ini, lupa merinci, daerah yang pernah disinggahi untuk kegiatan pramuka.
Salah satunya yakni di Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Saat itu ia mengikuti Jambore Nasional Gerakan Pramuka Indonesia Tahun 1977, yang dilaksanakan pada tanggal 1-20 Juli 1977. Kemudian pada 1981, ia mengikuti peresmian Bumi Perkemahan Pramuka dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur Ciracas, Jakarta Timur, oleh Presiden Soeharto.
“Saya pernah ikut perkemahan di Cibubur dan Sibolangit. Yang lain, saya sudah lupa,” aku Soenarmo.
Kecintaannya terhadap pramuka tak terhenti, meski dirinya pensiun dari PNS tahun 1993. Ia terus aktif mengikuti kegiatan pramuka hingga dirinya sudah tidak kuat lagi tenaganya. Yang bisa ia lakukan untuk tetap bakti sekarang yakni hadir di setiap ada kegiatan pramuka.
“Kalau saya sakit, ya tidak hadir. Selama saya sehat dan ada yang mendampingi, saya selalu hadir,” tuturnya sambil tersenyum.
Pria kelahiran tahun 1947 itu, selalu hadir dalam kegiatan Pramuka di kotanya. Kegiatan pramuka terakhir yang diikutinya adalah pada 8 Agustus lalu. Yakni pelepasan kontingen Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Probolinggo untuk Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka Jawa Timur dan Karang Pamitran Nasional di Desa Lebak Harjo, Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang.
Kehadirannya, menurut Soenarmo adalah untuk mendukung (support) pada generasi pramuka. Hanya saja, kakek yang memiliki satu cicit tersebut melihat dari kejauhan. Maklum, ia sudah tidak mampu berdiri lama, akibat usia yang merenta.
Hal itu dilakukan, sebagai motivasi kepada juniornya, terutama pelajar agar tidak berhenti di tengah jalan ikut pramuka. Ia tidak ingin aktifis pramuka putus ditengah jalan sebelum merasakan nikmatnya ikut pramuka.
“Disinilah pembentukan karakter. Pramuka itu membentuk karakter. Tentunya karakter membangun diri dan cinta terhadap sesama,” ujar Soenarmo.
Dalam kesempatan tersebut, Soenarmo berharap, anak-anak remaja hingga dewasa, teruslah aktif di kegiatan pramuka. Saat ikut dan aktif di kegiatan pramuka atau kegiatan apa saja, jangan tanya apa yang didapat, tetapi berbuatlah. Karena ketika seseorang berbuat, pasti suatu saat akan mendapat sesuatu.
“Jangan berfikir dapat apa, tapi berbuatlah nanti pasti dapat,” harapnya.
Ia berterus terang, diusia 80-an lebih tetap sehat resepnya karena cinta dan bahagia. Karakter segala kecintaan dan kebahagiaan dibentuk saat dirinya aktif di pramuka. Menurutnya, di kegiatan pramuka, tidak ada keluh kesah. Yang ada hanya suka dan gembira bertemu dan bermain serta melakukan kegiatan bersama rekan-rekannya.