Probolinggo (wartabromo.com) – Dalam beberapa hari terakhir, sedang heboh fenomena salju di Gunung Bromo. Berikut penjelasan dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), terkait fenomena yang diburu wisatawan ini.
Kapala bidang (kabid) wilayah 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Murdiyono, menjelaskan salju yang terbentuk itu bukan disebabkan oleh hujan salju. Melainkan embun beku (frost) yang tercipta karena suhu yang terlalu dingin. Kondisi itu memungkinkan terjadi di daerah dengan ketinggian yang mencapai 2.000 mdpl, seperti di kawasan Bromo. Frost itu, menyebar tergantung dari suhunya.
“Memang sangat unik dan indah jika dilihat. Bahkan ketika frost itu uncul, sangat memikat wisatawan di Bromo, karena mirip salju. Frost bisa muncul ketika suhu berada dibawah nol derajat celcius. Di Bromo suhunya sangat dingin, jadi wajar jika di lautan pasir itu muncul fenomena frost yang munculnya tidak bisa diprediksi,” tuturnya, Senin (6/8/2018).
Frost itu, lanjut Murdiyono terjadi setiap awal musim kemarau tiba. Hal itu tidak hanya terjadi di lautan pasir atau kaldera Bromo saja, melainkan juga terjadi di perhutanan di sekitar Bromo.
“Frost itu memang menempel di pasir dan pepohonan. Bisa menyerang tanaman seperti sayuran milik warga. Ada tanaman dan pohon bisa bertahan akibat frost, seperti pohon cemara dan pohon yang memiliki daun jarum dan daun kecil. Namun, ada juga yang tidak bisa bertahan, seperti sayuran dan pohon yang daunnya lebar,” jelas pria yang berdomisili di Kalimantan ini.
Bagi warga di sekitar Gunung Bromo, munculnya Frost atau embun membeku bukanlah sebuah femomena baru. Sebab, fenomena yang mirip dengan salju itu, sering muncul ketika awal musim kemarau tiba. Sehingga tak aneh bagi mereka, meski diburu oleh wisatawan, terutama wisatawan local.
“Memang banyak yang penasaran dan melihat fenomena itu di lautan pasir. Wisatawan yang berkunjung menikmati dinginnya Bromo dan melihat fenomena tahunan yang mirip salju itu. Jika menempel ke tanaman bisa mati, karena tanaman disini banyak yang tak tahan suhu dingin,” ujar Teguh Wibowo, warga Bromo. (cho/saw)