Probolinggo (wartabromo.com) – Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah, menyerukan kepada warga untuk memilih Pasangan Saifullah Yusuf-Puti Soekarno di ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim). Seruan untuk kemenangan Pilkada serentak ini, disampaikan dalam sebuah rekaman video, yang beredar di lini masa media sosial.
Dalam video berdurasi 1 menit 16 detik itu z terlihat kyai Mutawakkil, diapit dua orang kyai nyentrik lainnya.
“Saya di sini bertiga, bersama saudara-saudara saya, yang sedang berjuang, memenangkan Gus Ipul,” kata kyai Mutawakkil mengawali seruan.
Selanjutnya, ia kemudian mengajak kepada warga berikut santri, alumni seluruh pesantren di Jawa Timur untuk menetapkan pilihannya ke pasangan Gus Ipul-mbak Puti. Menurutnya, pasangan dengan akronim Gusti itu, merupakan pilihan kyai dan ulama. Beberapa kyai sepuh, bahkan menyebut Gusti, adalah bagian dari upaya istikharah dan ijtihad politik Jumhur Ulama Jawa Timur.
“Jadikan memilih, menjadi amal Soleh, dengan niat mendukung aspirasi para ulama, para kyai-kyai kita, dengan memilih nomor 2,” imbuhnya sambil menunjukkan dua jarinya.
Diketahui, pasangan Gusti ditetapkan dengan nomor urut 2, sedangkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak memiliki nomor urut 1, sebagaimana yang telah ditetapkan KPU Jawa Timur.
Sejumlah sumber menyebutkan, video seruan memilih Gusti tersebut direkam di salah satu tempat di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, beberapa waktu lalu, menjelang proses pemilihan Gubernur pada 27 Juni 2018 esok. Video tersebut sampai saat ini terus menyebar, ke lini masa media sosial, terutama grup-grup aplikasi chat WhatsApp.
Sebelumnya, atas nama Ketua PWNU Jawa Timur, kyai Mutawakkil, menyerukan himbauan moral kepada warga Jawa Timur. Ungkapan cukup menyejukkan itu disampaikan, mengimbau warga nahdliyin tenang hadapi Pilgub Jatim dan tetap menggunakan hak pilihnya. Pilgub Jatim pun dinilai sebagai laga persabatan warga nahdliyin dalam memilih, karena kedua cagub berlatarbelakang sama, yakni sebagai Nahdliyyin. (ono/ono)