Foto: H. Lailatuansyah
Masjid Tiban Babussalam, berdiri megah berada di Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Konon merupakan peninggalan Syekh Maulana Ishaq, yang dikenal sebagai wali pendahulu dari Walisongo, masa awal penyebar agama islam di tanah jawa.
Babussalam berarti pintu menuju keselamatan dan keridhoan Allah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga sering dimanfaatkan untuk melepas penat para musyafir.
*) Laporan: H. Lailatuansyah
SEBUAH masjid berarsitektur kuno di Kota Probolinggo, menyimpan sejarah dakwah Islam, Syekh Maulana Ishaq. Napak tilas, masjid yang pernah menjadi tempat persinggahan Syekh Maulana Ishaq ini, konon muncul secara tiba-tiba tanpa diketahui siapa pembuatnya.
Perpaduan arsitektur islam, Jawa dan Cina, menguatkan akulturasi budaya penyebar Islam di Pulau Jawa. Masjid itupun, hingga kini masih menjadi buah bibir di tengah masyarakat.
Terletak di jalan raya Soekarno-Hatta Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, membuat masjid megah ini mudah ditemukan. Karena memang berada di jalur pantai utara nasional.
Namun demikian, masjid tiban Babussalam terlihat lebih rendah dibanding daerah lain di sekitarnya. Sejumlah warga menyebut, karena tanah yang menopang masjid tiban, awalnya merupakan pantai dan hutan bakau yang semakin lama menjadi daratan. Masjid tiban yang berada di tepi bawah, akhirnya tertutup rerimbunan hutan bakau. Warga yang membuka hutan bakau kemudian menemukan masjid ini, dan memberi nama masjid tiban.
Ada versi lain yang menyebutkan, bahwa arti kata tiban berarti titipan. Yakni sebuah masjid yang dititipkan oleh Syekh Maulana Ishaq, salah seorang wali pendahulu dari masa awal sembilan wali penyebar agama islam di tanah jawa yang dikenal sebagai Walisongo. Masjid itu dititipkan Syekh Maulana Ishaq kepada santri dan warga, untuk dirawat dan dijadikan tempat beribadah.
“Sebenarnya, masjid tiban adalah sebuah masjid yang ukurannya tidak terlalu besar. Atap masjid berbentuk prisma dengan ketinggian sekitar 8 meter di atas permukaan tanah. Sedangkan luasnya hanya sekitar 9 meter persegi. Bentuk dan arsitektur atap masjid mirip dengan ornamen jawa-cina. Disangga dengan empat kayu jati yang usianya sudah mencapai ratusan tahun,” Terang salah satu Takmir Masjid, Ilyas, Sabtu (17/6/2018).
Berdasarkan keterangan sejumlah warga, masjid itu kemudian mulai dibangun dan dirawat oleh santri Syekh Maulana Ishaq, antara abad ke 14 dan 16 masehi. Untuk mengenang perjalanan ulama kondang seantero nusantara itu, khususnya di sekitar wilayah Probolinggo.
Tidak ada prasasti tulis di areal masjid Tiban ini. Namun, ada sejumlah barang yang ditengarai sebagai peninggalan Syekh Maulana Ishak. Di belakang masjid terdapat petilasan Syehk Maulana Ishaq, yang hingga kini sering menjadi tempat orang memanjatkan doa. Di halaman belakang ini pula, terdapat batu yang menjadi altar bagi Syekh Maulana Ishaq, saat memberi khotbah kepada jama’ah, pengikutnya di jaman dahulu.
Selain itu terdapat batu besar di sekitar masjid. Tidak dari batu besar, juga terdapat sebuah sumur yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan beragam penyakit. “Tidak sedikit warga setempat maupun dari luar kota, datang untuk mendapatkan khasiat air ini,” ujar Ilyas kemudian.
Waktu pun berlalu, masjid tiban kemudian mengalami perkembangan. Tidak hanya memiliki luas seperti awal mulanya, bagian masjid tiban kini diperluas hingga sekitar 900 meter persegi. Perluasan dan perbaikan masjid tiban ini dilakukan pada tahun 1993 silam. Masjid tiban kini tampak lebih megah. sejak itulah masjid tiban diberi nama masjid Jami’ Tiban Babussalam.