Probolinggo (wartabromo.com) – Kaligrafi cantik dari limbah serbuk kayu di Kabupaten Probolinggo, mempunyai nilai seni tinggi dan ramah lingkungan. Pada Ramadhan kali ini, omset penjualannya, mengalami lonjakan.
Ditangan Kholili, warga Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, seni kaligrafi bukan dengan cat dan tinta atau digurat pada kayu utuh. Ia malah membuatnya dari limbah serbuk kayu. Ya, serbuk kayu buangan penggergajian kayu diolah menjadi karya seni nan artistik dan bernilai ekonomis tinggi. Biasanya huruf arab yang tergurat berupa lafadz Allah-Muhammad, asmaul husna, Bismillah dan ayat kursi. Sangat khas.
Dalam bulan Ramadhan ini, permintaan kaligrafi serbuk kayu meningkat pesat. Biasanya pembeli memesan secara online atau offline terlebih dahulu, untuk motif kaligrafi yang diinginkan. Satu set produknya dijual dengan harga variatif, mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp. 3,5 juta. Harga itu, menyesuaikan kerumitan motif dan besarnya kaligrafi.
“Sekarang permintaan naik dua kali lipat dibanding sebelum Ramadhan. Biasanya seminggu hanya laku 6 buah, kini lebih dari 15 buah. Mungkin oleh pelanggan dipersiapkan sebagai hiasan pada saat lebaran nanti,” tutur pria berusia 39 tahun ini.
Kaligrafi ini ramah lingkungan, karena tanpa pewarna sintetis. Warna yang tereksplore berasal dari warna alami kayu, sehingga kesan mewah, unik, antik, berbaur dalam kalam ilahi yang tergurat. “Ya ini ramah lingkungan. Saya menggunakan warna dari kayu itu untuk memunculkan motif atau gradasi waranya. Semakin lama, maka semakin memancarkan auranya,” kata Kholili.
Untuk membuat kaligrafi dengan bahan anti mainstream ini, diawali menggambar motif kaligrafi di lembaran kertas. Lalu motif di kertas itu, dilubangi dan ditempelkan ke styrofoam. Pola dari styrofoam tersebut lalu diisi dengan adonan serbuk kayu plus lem. Proses selanjutnya adalah pengeringan cetakan serbuk kayu basah. Proses itu, setidaknya memakan waktu sekitar 7-15 hari tergantung ukuran dan motif, serta cuaca matahari.
Dengan dibantu oleh 3 karyawannya, setidaknya seni kaligrafi dengan nama Kalijaga ini mampu memproduksi 60 unit per bulannya. Meski bahannya sangat mudah didapat, namun proses yang rumit membuat produksinya tidak banyak. Bahkan setiap Ramadhan selalu keteteran melayani konsumen. “Berkaca pada Ramadhan lalu, maka tahun ini saya membuat beberapa stok,” ungkat ayah tiga anak ini.
Karya seni kaligrafinya sangat disukai oleh pelanggan, baik warga lokal maupun luar daerah. Selain bagus, harga yang ditawarkan juga cukup murah. “Untuk sebuah karya yang tak lumrah, saya kira harganya cukup murah. Apalagi ini sangat ramah lingkungan dan dari segi seni sangat artistik dan antik,” ujar Muhamad Ahsan Farades, pembeli kaligrafi dari Kabupaten Sampang.
Nah, bagi anda yang tertarik dengan kaligarfi serbuk kayu ini, yuk segera memboyongnya. Kaligrafi ini, cocok dijadikan hiasan rumah disaat Ramadhan dan lebaran nanti. (cho/saw)