Untuk jamuan atau suguhan ketika pertemuan berlangsung pun, kewajiban tuan rumah untuk menyediakan. Tidak diambilkan dari dana yang terkumpul. Begitu pula biaya bensin atau tenaga saat membagikan donasi kepada yang berhak. Alasannya, sejak awal dibentuk, perkumpulan ini bersifat sukarela.
Menurut Niam, donasi yang terkumpul itu selanjutnya didistribusikan sebulan sekali. Tidak banyak memang. Jika dirata-rata, masing-masing penerima ‘hanya’ mendapat Rp 20-100 ribu. Namun, tidak jarang pula ketika komunitas mendapati penerima ada yang dirasa sangat membutuhkan, mereka tak segan-segan untuk memberinya lebih.
Sebagai contoh adalah Artini Sayik (Mbah Sayik), 80 tahun, seorang janda renta yang tinggal seorang diri di Kelurahan Bugul Kidul, Rt 5 Rw 3. Beberapa waktu lalu, atap rumah perempuan yang sehari-hari berjualan nasi bungkus ini ambruk diterjang angin. Oleh komunitas ini, atap yang rusak itu pun diganti cuma-cuma. Bahkan, untuk bantuan modal, juga diberi.
“Untuk tambahan modal misalnya, kalau dibutuhkan, juga kami bantu meski tidak banyak,” jelas Sarwoko, 49, pengurus PST lainnya.
Mbah Sayik sendiri bukanlah satu-satunya warga yang rumahnya sempat diperbaiki oleh komunitas ini. Dalam setahun kemarin, tercatat ada dua rumah milik warga kurang mampu yang dibenahi oleh komunitas ini. Satunya lagi, milik Bidah, 30. Bahkan, atap rumahnya yang ambruk total juga diperbaiki seluruhnya.
Ahmad Rozi, pengurus PST lain kepada WartaBromo menuturkan, dalam sebulan, uang yang didistribusikan mencapai Rp 5 juta lebih. Dengan sasaran penerima terdiri dari janda, 86 orang. Sedangkan sisanya, anak-anak yatim sebanyak 26 orang.
Bagaimana dengan pertanggungjawaban dana yang terkumpul itu? Soal ini, pertanggungjawaban dibikin laiknya catatan keluar-masuk kas. Selain mencatatnya dalam pembukuan, saat memberikan donasi, panitia juga mendokumentasikannya guna di-share di grup WA.
Menurut Rozi, foto-foto dokumen hal itu juga sebagai bukti bahwa donasi yang diberikan sudah didistribusikan kepada yang berhak. Bukan saja kepada anggota komunitas. Dikatakan Rozi, dokumen-dokumen tersebut juga diteruskan kepada para donatur sebagai wujud transparansi atas penggunaan dana yang telah terkumpul.
Warta Bromo sempat mewawancarai Kusen, anggota PST yang berprofesi sebagai pemungut sampah.
“Senang aja bisa ikut berbagi,” katanya saat disinggung alasannya bergabung di komunitas ini. Tercatat sudah satu tahun ini ia rutin mendonasikan sebagian rezekinya seminggu sekali.
Sabilal Rosyad, anggota DPRD Kota Pasuruan yang juga tergabung di komunitas ini mengungkapkan alasannya aktif di komunitas ini. Semula, ia mengaku sempat sangsi. Maklum, sejumlah kasus penipuan dengan modus sumbangan dana acapkali meresahkan warga. Karena itu, ia lebih dulu mengamati sebelum memutuskan untuk menjadi donatur rutin.
“Setelah kami pantau, ternyata ya baik. Prinsipnya kan tidak memaksa, bahkan tidak memberipun tidak masalah. Dan yang terpenting, donasi itu langsung diantar langsung ke alamat penerimanya,” terang Bilal, sapaan akrabnya.
Untuk mengetahui seperapa jauh peranan komunitas ini, WartaBrmo sempat mengkroscek langsung beberapa penerima donasi komunitas ini. Selain Mbah Sayik, dua penerima yang sempat dikunjungi masih berstatus pelajar. Satu masih duduk di bangku SD, satunya lagi, SMP. Keduanya merupakan anak yatim.
“Total ada sekitar 26 anak yatim yang kami beri,” jelas Niam.
Niam menjelaskan, pemberian donasi bukanlah satu-satunya kegiatan komunitas yang dipimpinnya itu. Sebab, khusus kepada mereka yang berstatus pelajar, juga berkesempatan mengikuti bimbingan pelajaran secara gratis. Bahkan, setelah lulus nanti, mereka juga dibantu untuk mendapatkan pekerjaan. Penyediaan kendaraan bagi warga yang sakit, serta pengobatan gratis juga bagian dari layanan komunitas ini.