Pasuruan Solidarity Team, Komunitas Berbagi Lintas Profesi

2064
Tak perlu kaya jika hanya untuk berbagi. Beranggotakan lintas profesi, dari anggota dewan hingga abang becak, Pasuruan Solidarity Team (PST) memberi contoh bagaimana berbagi antarsesama.

Laporan: Maya Rahma

ADALAH Mochammad Niam, sosok dibalik terbentuknya Pasuruan Solidarity Team atau disingkat PST. Ditemui pertengahan April lalu, lelaki yang tinggal di komplek Perum Pesona Candi IV Blok AB 25, Kelurahan Sekargadung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur ini tengah bersantai di sebuah warung kopi, tak jauh dari rumahnya.

“Ya begini ini. Santai, ngopi, ngumpul-ngumpul dengan tetangga,” katanya sembari mempersilakan WartaBromo duduk. Secangkir kopi hitam, tak terlalu manis menjadi suguhan malam itu.

Usai menyulut sebatang rokok, Niam yang bertubuh subur ini lantas menceritakan ihwal terbentuknya PST ini. Menurut Niam, semua bermula dari kegelisahannya akan kondisi lingkungan sekitar. Maklum, Kelurahan Bugul Kidul, tempat dimana ia sebelumnya tinggal adalah kawasan permukiman padat.

Beberapa warga bahkan didapatinya menghuni rumah yang sempit, dengan perabot rumah seadanya. Celakanya, mereka yang secara ekonomi kurang beruntung itu justru kurang mendapat perhatian. Bukan hanya dari pemerintah, tapi juga masyarakat sekitar.

Prihatin dengan kondisi itu, ia pun berinisiatif untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk diberikan kepada mereka yang disebutnya sebagai kaum miskin-papa itu. Ada janda miskin, dan juga anak-anak yatim.

Memang, bagi Niam, apa yang diberikannya itu tidak seberapa. Tetapi, paling tidak, usahanya itu cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. Sekadar untuk membayar listrik bulanan atau yang lainnya.

Pelan tapi pasti, kebiasaannya untuk berbagi rezeki kepada yang kurang mampu itu terdengar oleh beberapa temannya. Melalui obrolan yang ringkas, mereka pun sepakat untuk bergabung dan melakukan hal serupa. Bahkan, saban seminggu sekali, mereka menghimpun dana untuk kemudian didistribusikan kepada mereka yang tak mampu.

“Ya, awalnya hanya ada sekitar 13 orang,” kata Niam yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta ini.

Hingga saat itu, yang dilakukannya hanya sekadar berhimpun, mengumpulkan duit, untuk kemudian dibagikan kepada orang tak mampu. Akan tetapi, belakangan, mereka lantas mendeklarasikan diri dalam sebuah paguyuban, yang belakangan diberi nama; Pasuruan Solidarity Team (PST).

Dideklarasikan Juni 2016 dengan anggota belasan orang, kini, PST sudah memiliki lebih dari 250 anggota. Mereka tersebar di sejumlah kelurahan di wilayah Kota Pasuruan. Seperti Kelurahan Bugul Kidul, Tapaan, Petamanan. Dalam seminggu, mereka berhasil mengumpulkan donasi sekitar Rp 1-1,5 juta. Tidak besar memang. Itu karena selain tidak mengikat, besaran donasi juga tidak terbatas alias sukarela.

Sebagai komunitas yang berorientasi sosial, latar belakang anggotanya pun cukup beragam. Ada tukang becak, pemungut sampah (pemulung), guru atau dosen, anggota dewan, dan lintas profesi lainnya.

“Ini seolah menegaskan, tidak perlu menunggu kaya untuk bisa membantu sesama. Komunitas kami yang kalau dipikir berapa sih pendapatan tukang becak, ternyata juga bisa bergabung,” jelas Niam.

Dikatakan Niam, kendati berasal dari lintas profesi berbeda, komunitas ini terbilang cukup kompak. Untuk rapat-rapat pertemuan yang dihelat seminggu sekali misalnya. Tidak ada undangan resmi. Undangan hanya dilakukan melalui pesan pendek atau chat di grup WhatsApp. Biarpun begitu, anggota selalu menyempatkan diri untuk berkumpul.

“Kami butuh berkumpul untuk menghitung jumlah donasi yang didapati setiap pekan,” jelas Niam.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.