Probolinggo (wartabromo.com) – Polres Probolinggo menolak penutupan wisata ke Gunung Bromo saat hari raya Nyepi 17 Maret 2018 mendatang. Sikap itu menjadi sorotan dan disayangkan masyarakat Suku Tengger.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo, Bambang Suprapto, menyayangkan sikap dari kepolisian. Meski begitu pihaknya tetap keukeuh dengan hasil keputusan musyawarah para pandita dukun Tengger pada tahun lalu itu. Ditegaskan, untuk kepentingan peribadatan Nyepi, akan dilakukan penutupan jalan di tiga desa, mulai Ngadas, Ngadisari dan Wonotoro, Kecamatan Sukapura atau dalam hal ini kawasan jalur wisata Gunung Bromo.
“Ini sudah keputusan setahun lalu mas, jadi tetap ditutup. Penutupan jalan tidak perlu sampai diperdakan maupun diperbupkan. Tidak perlu sampai kesana, cukup hasil rekomendasi ini,” ujar Bambang, Minggu (11/3/2018).
Ia pun mengungkapkan permasalahan ini sudah dibahas dengan beberapa pihak, termasuk perwakilan dari polsek sukapura kemarin. Hanya saja, hal itu belum mencapai kesepakatan.
“Rencananya besok (hari ini,red), kami akan menghadap ke kapolres langsung untuk konfirmasi,” katanya.
Sudah jauh hari, pihaknya menginformasikan keputusan para pandita dukun Tengger. Sosialisasi itu telah dilakukan kepada semua pihak, baik pelaku wisata, TNBTS, masyarakat dan kepolisian.
“Makanya saat ketemu kapolres itu kami akan berdiskusi, yang jelas untuk Nyepi tahun ini ttetap akan ditutup,” imbuh Bambang.
Sesepuh Adat Tengger Supoyo, juga ikut angkat bicara terkait polemik ini. Sebab, penutupan itu tidak bisa diganggu gugat.
“Pasuruan itu sudah lama diterapkan, kenapa Probolinggo mau tutup kok ce’ ruwete,” kata Supoyo geram.
Menurut mantan Kades Ngadisari tersebut, polemik ini hanya satu, yakni PHDI yang lambat mengirimkan surat kepada Pemerintah Daerah dan Polres Probolinggo.
“Kalau soal itu kan bisa dikirim hari ini, makanya penutupan jalan tetap akan diterapkan saat Nyepi mas,” ujar anggota DPRD Kabupaten Probolinggo ini.
Salah satu umat Hindu Tengger asal Sukapura, Sandhya Purnama mempertanyakan sikap Polres Probolinggo yang enggan menutup wisata Bromo di saat Nyepi. Ia pun berharap, agar surat rekomendasi yang dikeluarkan PHDI Kabupaten Probolinggo tersebut, berlanjut.
“Semoga rekomendasi ini tetap berlanjut. Karena meski tak diijinkan polres, penutupan tetap akan dilakukan. Mari saling menghargai kearifan lokal dan pelaksanaan ibadah umat beragama lainnya,” ujar Sandhya. (cho/saw)