Probolinggo (wartabromo.com) – Pasca banjir bandang, posisi SDN Andung Biru 1 menyatu dengan aliran sungai. Dinilai membahayakan, Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari berencana merelokasi SDN Andungbiru 1 Kecamatan Tiris, ke tempat lain.
“Jika melihat kondisi SD, mungkin nanti perlu ada kajian relokasi ke tempat yang lebih aman. Lokasi sekolah saat ini, sangat rentan terkena banjir susulan dan sangat membahayakan bagi siswa dan guru. Pemerintah sepakat, siswa harus tetap semangat belajar. Kedua, guru tidak khawatir. Lebih-lebih wali murid, juga tidak khawatir,” ujar Bupati Tantri, saat ke lokasi bencana banjir di Kecamatan Tiris, Senin (5/2/2018) pagi.
Ketika banjir bandang melanda, 3 kamar toilet, parkiran dan rumah dinas guru sekolah tersapu arus. Selain itu, dua ruang kelas SD ini, pondasinya juga tergerus banjir. Ini membuat kontruksi bangunan sedikit miring. Saat ini, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. Hanya saja, dua ruang kelas yang pondasinya tergerus, tidak ditempati.
Penanganan sementara yang dilakukan Pemkab adalah dengan melakukan normalisasi aliran sungai di dekat sekolah tersebut. Sejak dua yang lalui, sudah ada 1 unit alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kabupaten setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina mengatakan, untuk sementara pemkab akan menyediakan kamar mandi portabel untuk siswa dan guru. Sedangkan untuk toilet permanen, baru dalam tahap penganjuan anggaran. “Kami mengajukan permanennya di tim anggraann Perubahan APBD (P-APBD),” ujarnya, Selasa (6/2/2017)
Terkait relokasi sekolah, ia menuturkan hal itu bukan solusi jangka pendek. Pemindahan lokasi sekolah itu, akan menjadi solusi jangka menengah. Sebab, Dispendik harus menyiapkan lahan baru jika akan memindahkan sekolah.
“Baru ada kajian untuk relokasi. Itu yang sulit. Karena anggarannya nanti masih diajukan. Setelah itu pengadaannya, baru penganggaran dan sebagainya. Tergantung proses pengadaan lahan. Kalau tidak bisa di PAK, maka di tahun 2019. Kami menyadari, lokasi sekolah mengkhawatirkan. Karena terlalu dekat dengan sungai,” tandas mantan Kepala Bappeda ini. (cho/saw)