Pasuruan (wartabromo.com) – Petani garam di Pasuruan ketar-ketir memgetahui pemerintah akan penuhi impor 3,7 ton garam. Kebijakan itu dinilai mematikan usaha yang mereka geluti selama ini.
Salah satu petani garam, Samsuri menuturkan, gerojokan garam itu, dipahami akan membuat harga garam miliknya terjun bebas. Pasar garam milik petani dipastikan tergerus oleh garam impor.
“Kami ketar–ketir ini. bisa–bisa gulung tikar, karena produksi garam kami kalah dengan produksi garam luar negeri,” terang Samsuri, (24/1/2018).
Petani garam lainnya, Saiful Anam justru mengatakan telah merasakan dampak penurunan harga, menyusul adanya gejolak rencana pemerintah mengimpor garam.
“Sebelum ada rencana impor garam, garam di Pasaran Rp 3.000 perkilogram. Setelah mencuat, garam saya hanya Rp 2.000 perkilogram,” kata Anam.
Sedikit banyak rencana itu telah mempengaruhi harga garam di pasaran. Padahal, persediaan garam miliknya ini akan dijual menjelang musim garam di bulan April mendatang. Lumrahnya,, hasil penjualan garam pada panen tahun lalu, digunakan modal memasuki musim garam tahun ini.
“Harganya saja sudah jatuh bagaimana bisa dapat modal. Jangan gitulah pemerintah,” sesalnya.
Dikatakan oleh Anam, pemerintah harus melihat garam–garam milik petani nasional. Menurutnya, ia mampu memproduksi garam lebih, asalkan pemerintah memberikan jaminan harga jual garam di pasaran stabil.
“Persoalannya, sebenarnya sangat simple. Produksi petani garam tidak maksimal, jawabannya karena harga jual garam sangat murah dan tidak ada bantuan (permodalan dan alat produksi) apapun dari pemerintah,” tandas Anam.
Petani garam menilai, pemerintah perlu mengoptimalkan potensi petani garam nasional, sehingga diyakini kebijakan impor tidak perlu lagi dilajukan.
“Kami berjanji akan demo tolak rencana impor garam meski itu disebut sebagai impor garam untuk pemenuhan kebutuhan industri bukan konsumsi. Kami tolak rencana itu,” pungkasnya. (man/ono)