Pasuruan (wartabromo.com) – Ada hal menggelitik dilakukan seorang nenek saat dites menulis kalimat, pada acara Pembinaan Pendidikan Masyarakat di GOR Sasana Krida Anoraga, Raci Bangil, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (13/01/2018). Sang nenek beberapa kali menghapus tulisan, namun tetap mengulang kesalahan tulisan yang sama, hingga bikin gemes.
Tes menulis itu semula ditujukan untuk enam orang kakek-nenek, diajukan langsung oleh Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf. Mereka merupakan bagian dari peserta atau warga belajar dalam program pengentasan buta aksara selama ini.
Nah, saat itu tes dimulai dengan meminta mereka menulis nama di sebuah papan yang disediakan.
“Coba saya minta ibu-ibu dan bapak-bapak ini menulis namanya masing-masing. Nama panggilan boleh, atau nama lengkap juga boleh,” ujar Irsyad kepada mereka.
Di hadapan 3200 warga belajar lainnya, kakek-nenek ini berhasil menuliskan namanya masing-masing, meskipun tetap saja ada sedikit koreksi.
Peristiwa menggemaskan kemudian terjadi, ketika tes berlanjut untuk menulis sejumlah kata dan kalimat. Kelima peserta, hampir sempurna menulis permintaan yang diajukan. Tapi tidak demikian pada seorang nenek yang biasa dipanggil Mbok Ana.
Nenek berusia 74 tahun asal Desa Ambal-Ambil, Kecamatan Kejayan, Pasuruan itu, harus diulang-ulang menulisnya, lantaran kurang tepat saat menulis kata “tahu tempe”. Ya, tiga kali Mbok Ana menghapus tulisan, karena kata ‘tempe’ justru berulang ditulis ‘tape’.
Seisi gedung pun tak mampu menahan geli, beberapa warga lain, mencoba berteriak-teriak terlihat geregetan, sampai tangannya seperti ingin membantu menulis meskipun berada cukup jauh dari papan tulis.
Namun, Mbok Ana kemudian sukses menulis “tahu tempe” dan mendapat aplaus dari seluruh peserta yang memadati ruangan dalam GOR. Doorprice kemudian diberikan untuk mereka yang dinilai lulus saat dites Irsyad waktu itu.
Irsyad menilai, secara keseluruhan, para warga belajar dikaitkan dengan program pendidikan yang digenjot selama ini, sudah menunjukkan usaha keras hingga saat ini sudah bisa membaca, menulis dan menghitung.
“Tidak mudah untuk menjaga konsistensi warga belajar, karena selepas mengikuti PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), mereka harus melatih kemampuan calistung di rumah dan dipraktekkan sehari-hari. Di situlah PR yang harus diselesaikan mereka sendiri,” kata Irsyad, memotivasi para warga belajar.
Hal lain yang jadi perhatiannya adalah pentingnya peran serta tutor. Dikatakan ibarat sekolah, tutor ini berperan sebagai pendamping sekaligus guru yang memberikan pelajaran kepada siswa didiknya.
“Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih pada para tutor, pembimbing dan Dinas Pendidikan, karena tahun ini, kita pastikan Kabupaten Pasuruan bebas buta aksara,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, Iswahyudi menjelaskan, sebanyak 37 ribu warga belajar sudah bisa calistung melalui kegiatan PKBM. Dengan sasaran sebanyak 300 kelompok, kegiatan ini telah menyerap anggaran sebesar Rp 12,96 Milyar.
“Setiap kelompok kita anggarkan sebesar Rp 3,6 juta untuk operasional dan 1 kelompok terdiri dari 10 orang warga belajar. Dan tahun ini sudah selesai sehingga tak ada lagi warga belajar yang buta aksara,” terangnya. (mil/ono)