Probolinggo (wartabromo.com) – Warga Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo menuding pelaksana proyek tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro), dzalim. Pasalnya, janji pelaksana memberikan akses sawah yang tertutup jalan tol kepada warga, tidak dipenuhi.
Seorang warga, Eka Septian menuturkan, kegelisahan warga sebenarnya telah diungkapkan sekitar lebih tujuh bulan silam. Dikatakan, saat itu rencana pembangunan tol diketahui bakal menutup akses utama menuju areal persawahan, yang berada di bagian utara pemukiman warga itu.
“Sudah dikumpulkan semua waktu itu, mulai dari warga, pihak desa, hingga PT Waskita (pelaksana tol Paspro),” terang Eka, saat berada di kantor redaksi wartabromo.com, Senin (18/12/2017).
Dari sejumlah pertemuan awal itu, pihak pelaksana kemudian berjanji memenuhi permintaan warga untuk memberikan akses khusus bagi warga menuju areal persawahan, yang disebut memiliki luasan puluhan hektar itu.
Ditegaskan, akses jalan dibuat untuk tetap mempermudah warga, karena bisa langsung menuju ke sawah yang bakal digarapnya, seperti sebelum ada kegiatan pembangunan tol.
Namun belakangan, janji dibuatnya akses langsung ke sawah itu tidak terealisasi. Proyek tol tersebut justru tetap saja menutup jalan lama, sehingga dipastikan warga nanti kesulitan atau bahkan tidak bisa mengurusi sawah mereka, lantaran jalurnya tertutup jalan tol.
“Kalau sekarang masih bisa, jalan tol masih berbentuk urugan tanah. Lha kalau nanti bagaimana?, pastinya tidak bisa lagi ke sawah,” imbuh Eka.
Mengetahui tidak dipenuhinya permintaan warga itu, warga pun melakukan unjuk rasa. Bahkan, sejak sepekan terakhir, mereka tidak segan-segan membangun tenda, menginap di lokasi pekerjaan tol untuk memprotes dan menuntut akses jalan, seperti janji yang sebelumnya telah diungkapkan.
Beberapa pertemuan antara warga dengan difasilitasi pihak desa dalam beberapa hari terakhir, ternyata juga tidak membuahkan hasil.
“Pihak pelaksana katanya bersedia menyediakan akses jalan tapi di bantaran sungai di sebelah timur desa. Lha itu kan nanti juga memutar jauh sampai 3 kilometer kalau mau ke sawah,” kata Eka kemudian.
Dijelaskan oleh Eka, bantaran sungai di bagian timur desa itu bakal dibuat jalan dengan lebar 2 meter, sebagai satu-satunya akses untuk warga menuju sawah yang mereka miliki itu.
Namun, kesanggupan pelaksana dengan membuat akses di sungai hingga memutar jauh itu dianggap sebagai bentuk kebohongan, karena sebelumnya pelaksana telah memberikan janji untuk akses langsung, sebagaimana disepakati pada awal-awal proses pengerjaan tol hendak dimulai.
“Kami tahu ini proyek nasional. Tapi bagi kami, pelaksana ini sudah ingkar janji dan mendzalimi warga Klampok. Kami menuntut akses langsung, bukan berputar, karena itu jelas-jelas menyusahkan kami,” tandasnya.
Sementara, yang menjadi keprihatinan warga selama ini juga dari sikap pihak pemerintah desa yang terkesan tidak memberikan dukungan dengan permintaan warga atau cenderung abai dengan sikap pelaksana tol Paspro, yang dituding telah dzalim dan ingkar janji. (ono/ono)